Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masa Kecil Bermain Adat-Adatan

8 Desember 2022   08:55 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:01 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu itu berat. layaknya sepasang kekasih memadu cinta. pada purnama kisah itu perlahan -- lahan membesit hingga kristal aliran akan setiap kisah itu hadir. senyum simpul terkadang hadir menghias dinding pikiran sebagaimana sang pria menyelami kisah pada sebuah torehan masa. rindu ini juga romantis karena pernah kita selimuti kisah-kisah itu dengan kepolosan, keluguhan tanpa sebuah tendensi apapun. Semua tentu rindu akan masa kecil. Saat itu begitu sederhana. Saat seseorang terjatuh hanya kaki dan lutut yang terluka. Bukan hati. Cerah ceria itu selalu hadir dan menghiasi ruang masa tersebut.

Masa kecil adalah masa terindah. Saat kita masih mengeja nama dan huruf bukan  mengeja Bahasa untuk seseorang dan membungkusnya itu dalam nada kebersamaan dan kesetiaan. Mengenang masa kecil adalah kerinduan terdalam untuk kembali mengulitinya walau sering terlihat lucu dan tak rasional era kekinian.

Kisah ini kala saya berada di SD kisaran kelas Dua. saat itu saya bersama dengan teman-teman seangkatan dan usia dibawa saya diantaranya Yose, Sil Hekin, Tobias Ruron (D), Opi Ruron, Steven Boli Ruron yang saat itu dan kini tinggal di kampung lama (Lewoblolo).

Alat permainan masa kecil saat itu belum sekeren saat ini. Semua disesuaikan dengan jenis permainan. Tentu setiap permainan memberikan imajinasi dan kesan tersendiri. Dari beberapa jenis permainan kala itu dilakoni ada satu yang menurut saya yang tentunya memberikan kesan tersendiri itu adalah "bermain adat-adatan" atau melakukan seremonial adat seperti adat benaran yang kami amati orang tua adat lakukan disaat seremonial adat baik di Korke maupun ritual tahunan di kebun terkait dengan dewi padi/Nogu Gunu Ema Hingi.

Entah siapa yang memulai namun kami telah menjalaninya. Tak ada pikiran apapun saat itu terkait dengan permainan adat adatn saat itu. Kami bermain adat-adatan layaknya sebuah upacara adat/ritual adat benaran. mulai dari jabatan dalam struktur adat hingga bahan-bahan yang digunakan dalam ritual adat itu sendiri.

 Cukup menggelikan bila dieja saat terkini. walaupun usia SD saat itu namun kami sudah memahami siapa yang akan bertindak sebagai Koto, Kele, Hurit dan Mara serta sebagai alajati. yang bertindak Koto saat itu adalah Sil Hekin, Kele Saya sendiri, Hurit Tobias Ruron (D) dan Mara Yose sekaligus bertindak sebagai alajati dan lainnya mengantar sesajian setelah di mantra /miteboa.

Tempat favorit kami untuk permainan adat-adatan ini di depan rumah adat"Lango Telua" yang saat ini tempat itu, sudah dibangun rumahnya Lukas Melur. saat itu ada sebuah balai-balai yang dibangun oleh Alm. Bine Gunu Ibi Ruron untuk proses pemanggangan kopra dan tempat penyimpanan barang-barang lainnya. kami semua duduk melingkar diatas tempat itu dengan memakai kain-kain yang sudah usang layaknya orang tua adat melakukan seremonial ataupun ritual adat di Korke atau tempat lainnya. Begitupun bahan ritual dalam permainan itu juga disesuaikan seperti Kehule wua kami identikan sebagai telur, beberapa batang kayu diidentikan dengan anak ayam dan babi serta lainnya.

Tata urutan hampir sama seperti yang dijalani oleh orang tua adat. sebelum proses ini terjadi kami semua menganyam menyerupai wukak borok, tora dan lainnya sebagaimana persembahan (miteboa). yang menjadi Mara saat itu adalah Sil Hekin. sebelum pemotongan hewan kurban atau bahan dalam adat yang diidentikan dengan Kehule wua, kayu dan lainnya Yose mulai membaca mantra. mantra saat itu kedengarannya lucu namun saat itu kami cukup serius. tidak boleh ada yang tertawa. kalaupun ada yang tertawa maka ia akan dipukul. kami melakukan itu dengan senang hati tanpa memikirkan apapun termasuk perbuatan itu melanggar atau tidak. Namun yang pasti bahwa tidak ada tedensi apapun saat itu. Semuanya dilakukan dengan senang hati.

Rindu itu berat dan romantik. ingin memeluknya tak hanya mengelukan namun menjadi bagian dari itu bahwa kita semua adalah rindu. Tentang rindu itu kita tetap merindui untuk tetap memeluk sampai kapanpun. Itu pasti.

(Tobias Ruron)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun