Selama ini kuantitas batu yang dihasilkan apabila saya sendiri yang kerja untuk satu hari mencapai satu kubik bahkan lebih, tergantung dari kekuatan batu itu sendiri.Â
Apabila ada orang yang membantu saya maka satu hari bisa mencapai empat kubik bahkan lebih. Namun terkadang ada orang yang memanfaatkan kekurangan saya dengan menipu saya dalam hal pembayaran. Misalnya kita sudah sepakat akan harga satu kubik sekian namun disaat pembayaran tidak mencapai angkah dari kesepakatan itu.Â
"Terkadang pembayarannya molor dengan berbagai alasan. Semua peristiwa itu saya anggap sebagai cobaan hidup untuk tetap bersabar dan bersyukur," tutur Rio yang Drop Out (DO) kelas tiga SD ini.
Rio menyadari bahwa pekerjaan ini sangat berat. Menguras tenaga dan fisik apalagi usianya masih terlalu belia untuk suatu pekerjaan yang cukup berat.
Oleh karenanya Kesehatan adalah harga mati untuk dijaga. Setiap pulang kerja untuk mengembalikan stamina agar kesehatan fisik tetap bugar Rio selalu mengkosumsikan madu dan telur ayam kampung dan minum obat herbal yang ada di kampung dan istirahat yang cukup.
Rio juga menyampaikan bahwa pundi-pundi rupiah yang dikumpulkan melalui pekerjaan ini selain untuk kebutuhan dirinya sebagai anak muda.
Selain itu dia juga memberikan kepada orangtua untuk kebutuhan keluarga dan membiayai tiga orang adiknya masih duduk di bangku SD.
"Saya selalu memberikan nasihat kepada adik-adik saya, orangtua kita susah. Bapak hanya tukang iris tuak. Jadi sekolah yang rajin. Jangan mengikuti jejak saya. Mungkin cara ini yang bisa saya berikan sebagai wujud terima kasih saya kepada orang tua yang telah membesarkan," tuturnya.
(Tobias Ruron)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H