Malam yang kian rindu.pada angin malam
benih cintaku kian menderuh seiring balutan
senyum terpoles dari bibir mungilmu
kala masa mengajak tuk beradu pandang
pada titian pojok  terjanji
Esterlina...
Nama tunggal yang kini
terpahat dalam kalbuku
mengusik hari
menyiangi berjuta mimpi
laksana oase di padang savana
mengajari tentang kemurnian cinta
ditengah kecongkakan teknologi
Uraian kata-katamu
teduh bak rerimbun beringin
hingga sebagian kumbang yang ingin berteduh
namun
hatimu telah terlumuri oleh basuhan cinta
yang telah kita tuang dalam cawan percintaan kita yang tak mungkin berpindah tangan
Esterlina...
Pada senja yang kian temaram kuselipkan kata.
kata yang telah mati,yang telah hidup dan menjalar dalam kalbumu
yang telah menjadi muara
oleh kedalaman cinta kita berdua
untuk diarungi dan menjadi rumah perjuangan cinta yang terakhir
bahwa aku mati mencintaimu.
(Tobias Ruron)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI