Mohon tunggu...
Tobias Gunas
Tobias Gunas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

"Cogito Ergo Sum" (Rene Descartes)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Integritas Guru Masa Kini: Belajar dari Guru Oemar Bakri

25 November 2022   16:37 Diperbarui: 27 November 2022   19:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya, figur guru harus moderat, inovatif, dan kreatif. Untuk mencetak guru profesional, pemerintah telah dan sedang melaksanakan berbagai program pelatihan dan lokakarya. 

Diantaranya, program Guru Penggerak melatih guru untuk berkolaborasi antarguru and menciptakan ekosistem pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Terlebih di era revolusi teknologi 4.0, guru harus menghadirkan kegiatan-kegiatan inovatif dan menantang yang mengasah daya pikir kritis siswa. Pembelajaran bukan biasa-biasa saja business as usual!   Lompatan perubahan tidak terhindarkan. 

Untuk itu, guru profesional harus adaptif  dan berwawasan terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi digital. Secara konkrit,  guru harus mampu menerapkan beragam teknologi digital untuk peningkatan mutu pembelajaran.

Guru Oemar Bakri juga mengajarkan pola hidup sederhana. Kesederhanaannya tercermin dalam lirik lagu berbunyi "tas hitam dari kulit buaya, laju sepeda kumbang di jalan berlubang". 

Terlepas masalah kesejahteraan guru yang rendah, kesederhanaan dapat menjauhkan dirinya dari gaya hidup materialistis dan hedonis. Kesederhanaan bukan berarti miskin secara materi, namun sikap dan perilaku yang bersahaja dan tidak berlebihan. 

Guru yang sederhana lebih realitis, bijak, cerdas, dan tidak terikat dalam berpikir dan bertindak. Kesederhanaan sangat penting bagi guru agar tidak mudah tergoda dengan gaya hidup  superfisial-materialistis. Apa yang ditunjukan oleh guru Oemar Bakri merupakan teladan bagi guru masa kini untuk membentengi diri dari pengaruh budaya metropolis yang glamor bertebaran di dunia maya. 

Pengaruh negatif dari teknologi digital dan derasnya modernitas juga turut memberi dampak buruk pada gaya hidup guru dewasa ini. Saatnya, guru harus kembali kepada jati dirinya, yaitu pribadi yang sederhana. 

Kesederhanaan harus ditunjukkan dalam keteladanan sikap dan perilaku di lingkungan sekolah dan di tengah masyarakat. Dalam kesederhanaan, ada totalitas dan komitmen yang senantiasa menjadi pelecut sebagai "obor"  dan figur yang digugu dan ditiru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun