Mohon tunggu...
Tobasatu
Tobasatu Mohon Tunggu... -

Berita Medan Hari Ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Racun Siapa Membunuh Mirna

21 Januari 2016   19:39 Diperbarui: 16 Juni 2016   15:10 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saking cepat dan kuatnya efek yang ditimbulkan racun ini, hingga Hitler menyebutnya sebagai alat bantu melepaskan penderitaan, dan ‘hadiah’ perpisahan yang lebih baik yang dapat mengantarkan ke tempat peristrahatan abadi.

Hari-hari ini tampaknya membuat pekerjaan rumah pihak kepolisian semakin menumpuk. Di mana kasus ‘papa minta saham’ belum tuntas, kemudian kasus Chiropracty yang memakan korban, ledakan bom di tengah kota, ditambah lagi kasus Mirna.

Satu hal yang perlu diingat, Mirna bukan ‘tokoh’ penting yang memegang posisi decisison maker dalam pemerintahan. Mirna bukan aktivis seperti Munir, tetapi ia di-munir-kan. Ia hanya rakyat biasa, bukan politisi. Ia tak punya musuh, hanya lawan dan beberapa saingan. Kalaulah semudah itu Mirna bisa dilenyapkan, lantas bagaimana dengan kita?

Tak perlu berspekulasi tentang apa motif di balik tewasnya Mirna. Sebab hanya akan memperkeruh suasana yang dapat menyebabkan kasus ini semakin jauh dari rumusannya. Namun sebaliknya, kita percayakan kisruh ‘sianida’ pada pihak berwenang agar melakukan tugas sebaik-baiknya sehingga masyarakat dapat kembali menghirup udara tanpa khawatir dihantui iblis berkedok manusia.

Selain itu kita tentu sangat berharap agar penyelidikan terhadap kasus ini tidak membentur tembok. Adapun dengan siapa yang nantinya bertanggung jawab atas kematian Mirna, pelakunya harus diseret ke depan hukum, diproses seadil-adilnya. Oleh karena itu polisi harus terus bergerak mengusut kasus penyebar maut. Bukti-bukti sudah di tangan, saksi sudah tertulis dalam daftar, semoga kasus mengerikan ini bisa diungkap tuntas dan tandas. Sebab kejahatan seperti racun yang menyebar dengan cepat, jangan biarkan ia menyelimuti negeri ini.

 

Tulisan ini dimuat di tobasatu.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun