Kekurangan orang lain merupakan ladang pahala dalam memaafkan, mendoakan, memperbaiki, dan menjaga aib.
Kehidupan ini penuh dengan variasi dan perbedaan. Setiap individu membawa karakteristik, latar belakang, dan kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Kaitan dengan hal tersebut, pandangan bijak muncul dalam ungkapan "Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita."
Ungkapan ini mengajak kita untuk melihat setiap kekurangan orang lain sebagai peluang untuk berbuat baik, baik kepada mereka maupun diri kita sendiri.
Dalam pandangan ini, ada empat aspek penting yang perlu dipertimbangkan: memaafkan, mendoakan, memperbaiki, dan menjaga aib, yaitu:
1. Memaafkan
Salah satu langkah pertama menuju ketenangan batin adalah mampu memaafkan kekurangan orang lain.
Kita seringkali merasa terluka atau terpukul oleh tindakan atau kata-kata orang yang tidak memikirkan akibatnya.
Namun, ketika kita memahami bahwa manusia cenderung berbuat kesalahan, kita dapat memahami urgensi untuk memaafkan.
Memaafkan bukan berarti menghapus atau mengabaikan perasaan kita, tetapi justru melepaskan beban emosional yang bisa meracuni hati dan pikiran kita.
Dalam Islam, memaafkan adalah tindakan mulia yang diberkahi dengan pahala.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman tentang keutamaan memaafkan dalam beberapa ayat, salah satunya adalah dalam Surat Al-A'raf, ayat 199 yang artinya:
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh."
Saat kita memilih untuk memaafkan, kita tidak hanya membebaskan orang lain dari dosanya, tetapi juga membersihkan diri kita sendiri dari dendam dan kebencian.
2. Mendoakan
Doa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mengubah nasib dan mengubah pandangan kita terhadap orang lain.
Melalui doa, kita bisa mengubah sikap kita terhadap kekurangan orang lain.
Daripada merasa kesal atau frustasi, kita bisa berdoa agar diberi kemudahan dan bimbingan dalam mengatasi kelemahan yang ada.
Mendoakan kebaikan kepada orang lain juga merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam Surat Al-Isra ayat 24, Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan untuk mendoakan kebaikan bagi orang tua, yang juga bisa diaplikasikan pada semua orang.
Firman Allah dalam ayat tersebut yang artinya:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
Dalam mendoakan orang lain, kita tidak hanya memperoleh pahala, tetapi juga membentuk hati yang lembut dan penuh kasih.
3. Memperbaiki
Melihat kekurangan orang lain sebagai ladang pahala juga berarti mengambil tanggung jawab untuk membantunya memperbaiki diri.
Tidak ada manusia yang sempurna, dan setiap orang memiliki tempat di mana mereka bisa berkembang.
Dalam hal ini, bukanlah tindakan sombong atau melecehkan ketika kita menawarkan nasihat atau nasehat yang konstruktif. Sebaliknya, membantu seseorang menjadi lebih baik adalah tindakan yang mulia.
Misalnya, jika kita melihat seseorang memiliki kelemahan dalam berkomunikasi, kita dapat memberikan saran dengan penuh empati, tanpa menjelek-jelekkannya.
Dalam membantu orang lain memperbaiki diri, kita juga meraih pahala dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik.
Dalam Surah Al-Hujurat, ayat 11, Allah Subhanahu wa ta'ala mengingatkan kita untuk tidak mencela atau membatasi orang lain, melainkan memberikan nasehat yang baik dan konstruktif. Firman Allah dalam ayat tersebut yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan (pula) ......"
4. Menjaga Aib
Salah satu bentuk penghargaan terhadap kekurangan orang lain adalah dengan menjaga aibnya.
Menghindari gosip, fitnah, atau pembicaraan yang merugikan tentang kelemahan orang lain adalah tanda kedewasaan moral dan etika.
Dalam Islam, menjaga aib sesama muslim merupakan kewajiban yang sangat dijunjung tinggi.
Dalam Surah Al-Hujurat, ayat 12, Allah Subhanahu wa ta'ala juga melarang kita untuk berprasangka buruk terhadap orang lain.
Firman Allah dalam ayat tersebut yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika kita menjaga aib orang lain, kita juga menjaga integritas diri kita sendiri, membangun kepercayaan, dan memperkuat tali persaudaraan.
Kesimpulan
Memandang kekurangan orang lain sebagai ladang pahala bagi kita untuk berbuat positif dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Memaafkan, mendoakan, memperbaiki, dan menjaga aib adalah langkah-langkah nyata dalam menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui sikap memaafkan, mendoakan kebaikan, memperbaiki, dan menjaga aib, kita dapat menciptakan lingkungan yang penuh cinta kasih, pengertian, dan toleransi.
Dalam setiap tindakan dan interaksi kita, mengamalkan nilai-nilai ini akan membawa kedamaian, harmoni, dan keberkahan dalam hidup kita dan dalam masyarakat secara keseluruhan.
Apabila kita melaksanakan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan mampu mengubah pandangan negatif menjadi peluang positif, meraih pahala, dan turut berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih harmonis.
Semoga artikel ini akan ada manfaatnya bagi penulis, dan bagi yang telah sempat membacanya juga diucapkan terima kasih. (Tobari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H