Mohon tunggu...
Teddiansyah Nata Negara
Teddiansyah Nata Negara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ordinary People

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Kongres Sumpah Pemuda

27 Juni 2023   20:31 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:37 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita sebagai Bangsa Indonesia mungkin masih ingat dan terus selalu diingatkan bahwa pada tahun 1928 pernah terjadi sebuah pertemuan anak muda yang membuat gebrakan hebat di negara kita. Kongres Sumpah Pemuda merupakan sebuah pertemuan yang didalamnya terdapat banyak oragnisasi pemuda yang ada di Hindia Belanda pada saat itu, seperti Sumatra Bond, Young Celebes, Java Bond, dan lainnya. di kogres itu pula nama Indonesia disebut.

Ada tiga butir sumpah yang disepakati oleh para pemuda yang hadir disana, yaitu: Kami Putra dan Purti Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia menjungjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Disana tertuang sejumlah sumpah untuk menyatukan Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan juga banyak pulau untuk saling bahu-membahu, untuk saling gotong-royong untuk merdeka dan berdaulat. Hebat sekali para pemuda pada masa itu.

Sekarang mari kita kembali ke masa kini. Bagaimana kabar para pemuda masa kini yang telah mendapatkan rasa aman, nyaman, juga merdeka? Bagaimana kabar para pemuda masa kini yang telah berada dalam kondisi tidak tertekan oleh penjajah?

Mungkin seharusnya kita berharap bahwa pemuda masa kini lebih hebat daripada pemuda tahun 1928. Pemuda masa kini diharapkan bisa membawa Indonesia untuk lebih menatap kedepan dan lebih menatap jauh untuk kemajuannya.

Tetapi kita lihat, kebanyakan para pemuda masa kini jauh dari harapan. Mereka cenderung masih hidup bermain-main dan berfoya-foya karena kenikmatan yang mereka dapatkan pasca kemerdekaan. Mereka tidak mengalami pengembangan diri yang baik karena mereka sedang dalam situasi yang aman dan nyaman. "Hard times create strong men, strong men create good times, good times create weak men, and weak men create hard times" - G. Michael Hopf.

Kita sebagai pemuda masa kini yang dikhawatirkan tidak bisa sehebat pada pemuda tahun 1928 harus merasa terpacu dan tergerak juga membuktikan bahwa kita juga misa melakukan hal hebat. Kita juga bisa mengharumkan Bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun