Mohon tunggu...
Junihot Maranata
Junihot Maranata Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi pendidikan

Berhamba pada sang anak didik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia yang Ber-Tuhan Jangan Jadi Tuhan

17 November 2024   21:49 Diperbarui: 17 November 2024   21:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki tampang rupawan, bergelimang harta, serta tingginya status sosial sering kali membuat seseorang merasa lebih sempurna. Merendahkan yg lain, nggan merangkul satu sama yang lain hingga melupakan bahwa kodrat kita dimata Tuhan itu sama. Maka timbullah kesembongan, membuat kita lupa bahwa semua manusia berasal dari tanah.

Merasa berkuasa karena fisik, dan harta berada di atas, lagi2 membuat kita lupa, bahwa kelak semua itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. Apakah kita pantas mempersalahkan kata "lupa"? Seberapa jauh kita menjadi manusia dan memanusiakan manusia?

Dan ketahuilah, bahwa  dlm sejarah manusia, Tuhan mengusir manusia dari hadapan-Nya Karena kesombongannya! Manusia yg belum menginjakkan kakinya di sorga, namun kesombongannya sangatlah menyeramkan.
Kiranya kita tetap mengingat status kita dlm Tuhan. Meskipun kita merasa diri lbh dekat dengan Tuhan, hendaklah kerendahan hati mengikat seluruh hidup kita. Tahu bagaimana memanusiakan manusia.

Dlm sejarah Israel, Musa adalah pribadi yg sdh bertemu Tuhan, berdialog langsung dengan Tuhan, membelah gunung batu dan mengeluarkan air yg berlimpah2, juga membelah laut dan telah memimpin satu bangsa berjalan didasaran laut yg dibelah tersebut, namun Alkitab menjelaskan, Musa itu adalah seorang yang lemah lembut. "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi" (Bilangan 12:3).

Be faithfull, be humble! We are human, not Lord!
Happy sunday!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun