Pagi ini ku dengar derap langkahmu lirih
Bahkan lebih lirih dari hari kemarin
Pundakmu semakin rendah
Tak lagi menampakkan kilau semangatnya
Entah aku yang terlalu cepat melangkah
Aku yang terlalu tinggi dengan sepatuku
Atau matahari memang sudah menuju peraduannya
Setelah setia menemani langit hari ini
Sejenak ku berhenti, ku tanggalkan sepatuku
ku rendahkan pandanganku
Benar, memanglah benar
Waktu yang selalu aku takutkan mulai menyapa perlahan
Sinarnya sudah mulai redup
Meredupkan sepasang mata sayunya
Usia memang tak pernah membohongi tuannya
Ia berbisik padaku, “ya, inilah waktunya”
Ibu, engkau memang menua
Ibu, engkau memang melemah
Duduklah, wahai Ibuku
Biarkan bayi kecilmu ini mulai merajut otot ditangan dan kakinya
Tak perlu engkau mengernyitkan keriput di dahimu
Tak perlu engkau melambaikan tangan kasarmu
Tak perlu engkau buang tenaga berhargamu walau hanya sedetik
Dan ijinkan putrimu ini melihat senyuman jika itu tak memberatkan tubuhmu
Fisik tak lagi sama
Dan waktu tak akan mau menunggu
Namun satu hal yang tak pernah memudar
Cinta dari seorang Ibu
Semarang, 20 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H