Tatkala ruh itu sampai di pusat, Nabi pun berkata kepada Malaikat Jibril, “Alangkah beratnya penderitaan maut itu!” Jibril pun tak sampai hati melihat keadaan Nabi yang dalam keadaan yang demikian itu dan ia pun memalingkan wajahnya sejenak dari memandang Rasulullah Saw.
“Apakah engkau benci melihat kepada wajahku, ya Jibril?” Tanya Rasulullah. “Wahai kekasih Allah, siapakah gerangan yang tega sampai hatinya melihat wajahmu sedang engkau berada dalam keadaan kritis sakaratul maut?” jawab jibril.
Berkata Anas bin Malik Ra, “Saat ruh Nabi Saw sampai di dadanya, beliau pun masih dapat berkata, “Aku berpesan kepada kamu semua tentang shalat dan tentang hamba sahaya yang berada di bawah tanggungjawab kamu”.
Di penghujung nafas terakhir beliau menggerakkan kedua bibirnya dua kali dan aku pun mendekatkan telingaku baik-baik, maka aku masih sempat mendengar beliau berkata dengan pelan, “Ummati! Ummati!’ (Umatku! Umatku!).
Maka dijemputlah ruh suci Rasulullah Saw dalam keadaan wajah berseri-seri dan bibir manis yang bagaikan hendak tersenyum, di pangkuan istri tercinta, Aisyah Ra pada hari Senin 12 bulan Rabi’ul Awal, yakni di kala matahari telah tergelincir di tengah hari pada tahun ke 11 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 3 Juni tahun 631 Masehi. Tetapi menurut Muhammad Khudhary dalam kitabnya Nurul Yaqin hal. 274, mengatakan bahwa Rasulullah wafat pada hari Senin, 13 Rabi’ul Awwal th. 11 H (28 Juni th. 633 M) dan Muhammada Ridha mengatakan dalam bukunya “Muhammad Rasulullah” 7 Juni 632 M.
Rasulullah wafat dalam usianya genap 63 tahun menurut riwayat yang termasyhur dan yang paling sah. Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H