"Siapa yang sakit pak?"
"Anu non, bapak,"
"Kenapa sama ayah pak?" Aku mulai panik
"Bapak kecelakaan non"
Aku langsung menuju rumah sakit dan tanpa sadar di mobil aku menitikan air mata.
Aku segera masuk ke ruang ICU, melihat ayah tergulai tak berdaya. Ku lihat rambutnya yang tanpa kusadari mulai memutih, kulihat di wajahnya keriput mulai tampak, padahal umurnya baru 30an.
Ia seperti memikul beban berat di pundaknya.
Tanpa sadar aku kembali menangis di sampingnya dan meminta maaf atas semua kesalahanku, ada air mata yang menetes dari mata ayah. Tiba-tiba mesin yang memantau detak jantung itu hanya menunjukkan garis horizontal. Aku sangat terkejut dan segera berteriak histeris sehingga dokter langsung datang ke ruangan itu dan mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar bahwa ayahku telah tiada.
Aku tidak punya siapa-siapa lagi, aku hanya sebatang kara.
Pak Amin mendekatiku ia berkata bahwa ayah begini karena ia mencariku dan Pak Amin memberiku sebuah kertas, itu tampak seperti surat dan ia bilang bahwa itu ditulis oleh ayah saat ayah kritis.
Aku membuka dan membacanya