Dari arah belakang, aku tahu itu mama yang sedang berdiri. Dia berdiri sambil melihat satu foto, entah foto siapa itu. Dan aku mencoba mendekatinya. Sampai akhirnya aku tahu itu fotoku yang sedang dipegang dan diperhatikan sangat dalam oleh mamaku. Lalu kulihat air matanya tumpah tak tertahan lagi.
"Ma, kenapa?" tanyaku.
Mama terus saja menangis tak berhenti. Meskipun aku berusaha untuk membuatnya berhenti menangis, tapi sepertinya aku gagal melakukan itu.Â
Lalu papa tampak hadir mendekati mama, mendaratkan tangannya dipundak mama dan mengusap-usapnya.
"Sabar, sayang." itu yang aku dengar dari papa.
Ada apa sebenarnya ini? Kenapa denganku? dan kenapa mama tidak meresponiku?
Aku bertambah bingung. mungkin mama tidak bisa mendengarku, mungkin papa akan bisa.
"Pa, kenapa?" tanyakuÂ
Dan aku pun gagal untuk itu. Dia sama sekali juga tidak mendengarkanku. Sepertinya tidak ada yang salah dengan mereka tapi aku.
Hingga semua orang lalu-lalang mempersiapkan semuanya, juga orangtuaku. Aku lihat jam sudah menunjukkan siang hari. Ini waktu yang tepat untuk menemui Andrew karena sudah pulang dari sekolah.
Aku segera bergegas meninggalkan rumah. Aku berlari menuju rumah Andrew. Aku sudah tidak sabar untuk cerita banyak hal padanya.