Ku bertanya pada orang sekitar
Dimana aku dapat menemukan kedamaian
Ketika mereka meluruskan telunjuknya, aku pun mulai berjalan
Terhenti sampai pada bangunan megah nan besar
Dengan menara menjulang menyentuh awan
Menembus langit semesta alam
Ku putar air keran
Perlahan namun pasti kubasuh wajah, tangan, kepala, serta kaki
Hingga aku layak menghadap Ilahi
Bercengkerama tentang dosa dan doaku hari ini
Tertatih ku langkahkan kaki melawan gentarku
Ornamen-ornamen tajam menghadang
Menusuk menyentuh sanubari
Menuntun tubuhku bergegas tak terkendali
Getar gemetar ku agungkan nama-Mu dalam setiap helaan nafasku
Dalam gemuruh hatiku tersedu mengaku
Rukukku sembari mengagungkan nama-Mu
Walau ku tak melihat-Mu
Kau pasti melihatku
Menuntunku, membimbingku, mengasihiku
Hingga tiada mampu berpaling dari-Mu
Tulus hatiku azimat kalbu
Ku tutup rangkaian dengan salam untuk-Mu
Aku sandarkan hati dalam setiap kalimat taubatku
Tanpa keluh, kusentuh lembaran kalam lentera hidup
Meskipun bukan tutur kata kepunyaan negeriku
Tetap kulantunkan dan ku hayati kalimat-kalimat dari-Mu
Aku berlindung dari godaan syaitan terkutuk
Dengan menyebut asma-Mu
Kulantunkan firman-Mu penuh rasa syukur
Dalam senandung syahdu
Aku menangis, mendapat ancaman-Mu
Aku bahagia, menemukan janji gembira dari-Mu
Aku merasa dalam ketiadaan dalam setiap kebenaran-Mu
Ku sudahi dengan membenarkan kata-kata dari-Mu
Ku termenung, kuresapi, ku hayati dan hatiku berkata
Nikmat Tuhan-Mu mana, yang kamu dustakan
Sungguh beruntungnya hidupku
Menghabiskan waktu bersama-Mu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H