sumber gambar: Muhammad my inspiration
dari: 1001 kisah Teladan Rasulullah SAW
Ketika dakwah sudah semakin sempurna dan Islam sudah mengendalikan keadaan, mulailah tampak tanda-tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan kehidupan. Hal tersebut tampak dari perasaan, ucapan dan perbuatan beliau (Nabi SAW). Pada tahun 10 H. Rasulullah SAW mengumumkan akan melaksanakan ibadah Haji (Haji Wada’). Pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) Rasulullah SAW menuju Mina, setelah itu berangkat ke Arofah dan beliau singgah di Namirah lantas berangkat lagi hingga lembah Wadi’ di sana sudah berkumpul sekitar 144.000 manusia. Nabi SAW menyampaikan khotbahnya (Khatbah Wada’ di Arofah). :
”Wahai manusia, dengarlah ucapanku, karena sesungguhnya mungkin aku tidak akan menjumpai kalian lagi setelah tahun ini di tempat wakaf ini selamanya. Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, sebagaimana sucinya hari ini dan Negeri ini. Ketahuilah semua perkara-perkara jahiliyah berada dibawah kakiku tidak berlaku, begitu juga dengan darah jahiliyah telah tidak berlaku. Darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harist yang dahulu disusui di Bani Sa’ad lalu di bunuh oleh Hudzail. Riba jahiliyah juga telah tidak berlaku dan riba pertama yang aku batalkan adalah ribanya Abbas bin Abdul Muththalib, sesungguhnya semuanya tidak lagi berlaku. Bertawakalah kalian kepada Allah SWT dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian adalah diberi nafkah dan sandang yang layak. Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat jika berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah. Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tidak ada umat setelah kalian. Maka sembahlah Rabb kalian, shalatlah lima waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian yang akan mensucikan diri kalian, tunaikanlah Haji ke Baitullah, ta’atilah pemimpin kalian, kalian akan masuk syorga Tuhan Rabb kalian.”
”Kalian bertanya tentang aku, apa yang akan kalian katakan ?” mereka menjawab : ”Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan (amanah) dan memberi nasihat.” lalu Rasulullah SAW berkata seraya mengangkat telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kearah manusia seraya berkata : ”Ya Allah, saksikanlah.” (Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali.)
Diterangkan di dalam riwayat bahwa setelah selesai khutbah, turunlah Firman Allah SWT :
”Pada hari ini telah Ku sempurnakah untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS. Al-Maidah : 3)
Sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. yang mendengar ayat tersebut menangis, ketika ditanya kenapa beliau menangis, beliau (Sayyidina Umar Ibnu khattab r.a. ) menjawab : ”Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”
Sementara dalam riwayat yang lain Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menangis. Bersabda Rasulullah SAW kepadanya : ”Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menjawab : ”Ini adalah berita kematian.”
Kembalilah Rasulullah SAW dari Haji Wada’ dan kurang dari 7 hari wafat beliau SAW turunlah ayat Al-Qur’an paling akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut :
”Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 281)
Pada awal-awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah SAW mulai menampakkan sakit. Nabi SAW berkata : ”Aku ingin mengunjungi Syuhada Uhud.” Maka beliau pun berangkat pergi menuju Syuhada Uhud dan beliau (Nabi SAW) berdiri diatas makam para Syuhada seraya berkata : ”Assalamualaikum wahai Syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami) dan kami insya Allah akan menyusul kalian dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).”
setelah itu Rasulullah SAW menuju mimbar dan berpidato :
”Aku akan mendahului kalian aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku dan sungguh aku telah diberikan konci-konci bumi dan simpanannya sunguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba – lomba terhadap dunia.” Kemudian Rasulullah SAW pulang sambil menangis. Maka para Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Apa yang membuat anda menangis, wahai Rasulullah ?” Nabi SAW bersabda : ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka (para sahabat) berkata : ”Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah ?” Beliau SAW bersabda : ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Subhanallah! Maha suci Allah! Saya (penulis) berdo’a semoga kita-kita ini (yang hidup di abad 20) adalah orang-orang muslim (saudara seiman) yang dirindukan oleh Rasulullah SAW. Amin! Ya Rabbal Alamin.
Pada tanggal 29 Safar tahun 11 H, hari Senin. Rasulullah SAW menderita sakit kepala dan merasakan panas yang teramat sangat. Nabi SAW telah benar-benar sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Pada hari itu (empat hari sebelum wafat beliau) Nabi SAW masih sempat shalat maghrib sebagai imam dengan membaca surat Al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya sakitnya semakin berat sehingga beliau tidak kuasa untuk keluar. Aisyah r.a. (radhiallahu ’anha) mengisahkan, saat itu Rasulullah SAW bertanya kepadanya : ”Apakah orang – orang sudah shalat?” Aisyah r.a. menjawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” Rasulullah lalu minta diambilkan air untuk mandi, kemudian beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: ”Apakah orang-orang sudah shalat?” Dijawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” lalu beliau mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu seterusnya hingga terjadi tiga kali. Setelah itu Nabi SAW meminta Abu Bakar Shiddiq untuk menjadi imam shalat. Maka Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah SAW sebanyak tujuh belas kali. Tiga hari sebelum beliau (Nabi SAW) wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada di rumah Sayyidah Maimunah r.a. Beliau SAW bersabda : ”Kumpulkan istri-istriku.” maka berkumpullah istri-istri beliau SAW, beliau bersabda : ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah Aisyah?” maka mereka menjawab : ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.” kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Al-Fadl bin Al-Abbas r.a. maka mereka pun membopong Rasulullah SAW, lalu mereka memindahkan beliau SAW dari kamar Maimunah r.a. menuju kamar Aisyah r.a. Adapun para Sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah SAW dibopong diatas dua tangan. Maka berkumpulah para Sahabat dan mereka berkata : ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah ?” mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjid pun mulai penuh dengan para sahabat.
Nabi SAW dibawa menuju rumah Aisyah r.a. mulailah Rasulullah SAW mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah Aisyah r.a. : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat beliau. (Mengapakah dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat dengan tangan beliau (Nabi SAW) dan tidak mengusapnya dengan tangannya (Aisyah r.a.) sendiri ?) maka Aisyah r.a. berkata : ”Sesungguhnya tangan Rasulullah SAW lebih lembut dan mulia dari pada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi SAW.)
Sehari sebelum Rasulullah SAW wafat, yaitu hari Ahad beliau SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak sembilan dinar, senjatanya dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam harinya, Aisyah r.a. meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besinya digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan tiga puluh Sha’ gandum.
Aisah r.a. berkata : ”Aku mendengar Rasulullah SAW berkata :
”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sakaratnya.” dan diulangi : ”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat.”
Mulailah suara-suara didalam Masjid meninggi. Bersabdalah Nabi SAW : ”Apa ini?. Berkata Aisyah : ”Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda : ”Bawalah aku kepada mereka.” maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan tujuh Qibrah air kepada beliau hingga beliau bangkit dan para sahabat membawa beliau naik di atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau SAW, menjadi kalimat terakir Rasulullah SAW dan do’a terakhir Rasulullah SAW. Beliau bersabda : ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” mereka menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah.” Bersabda Rasulullah SAW : ”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian Nabi SAW bersabda : ”Allah – Allah, shalat, Allah-Allah, shalat.” (Maksudnya : Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat.) beliau terus mengulang – ulangnya, lantas bersabda : ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” kemudian beliau bersabda : ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada disisi-Nya.” Tidak ada seorangpun yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah diri beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar Shiddiq r.a. Dan kebiasaan para sahabat adalah bahwa saat Rasulullah SAW berbicara mereka berdiam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger diatas kepala mereka. Maka saat Abu Bakar Shiddiq r.a. mendengar perkataan Rasulullah SAW dia (Abu Bakar Shiddiq) tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesenggukkan dan ditengah Masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia pun (Abu Bakar Shiddiq) berkata : ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Abu Bakar Shiddiq mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat yang lain melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia (Abu Bakar Shiddiq) berani memotong khutbah Rasulullah SAW?!
Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai manusia, tidak ada seorang pun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju Masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar r.a. tidak akan ditutup selamanya.”
Kemudian mulailah beliau (Nabi SAW) berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau SAW sebelum wafat beliau : ”Mudah-mudahan Allah SWT menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan sebelum turun dari atas mimbar adalah : ”Wahai manusia, sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diatara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau pun dibawa kembali kerumah beliau SAW.
Datanglah Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar dan ditangannya ada sebatang siwak, Nabi SAW terus melihat kearah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah r.a. berkata : ”Aku paham dari pandangan mata beliau bahwa beliau menginginkan siwak maka aku mengambil siwak itu dari Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar. Kemudian aku letakkan di mulutku agar aku melunakkannya untuk Nabi, kemudian aku berikan siwak itu kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk kedalam perut Nabi SAW adalah air dari mulutku.” Aisyah r.a. berkata : ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan air dari mulutku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.” Selesai bersiwak beliau SAW mengangkat tangannya dan jarinya dan matanya memandang langit – langit, bibirnya bergerak perlahan berkata. Aisyah r.a. berusaha mendengarkannya :
”Bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang – orang yang mati syahid dan ornag-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah SWT cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)
Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H, masuklah kedalam kamar Rasulullah SAW putri beiau, Fathimah r.a. yaitu pada waktu Dhuha dan ia (Fathimah r.a.) menangis. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia datang menemuai Rasulullah SAW, maka beliau (Nabi SAW) berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya. Akan tetapi sekarang beliau (Nabi SAW) tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliau SAW membisikkan sesuatu ditelinganya, maka Fathimah r.a. menangis. Rasulullah SAW bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu lagi, maka sekali ini Fathimah r.a. tertawa.”
(Setelah kematian Rasulullah SAW para Sahabat bertaya kepada Fathimah r.a. setentang apa yang dibisikan ayahanda beliau (Nabi SAW) kepada Fathimah)
Dan dijawab oleh Fathimah r.a. sebagai berikut : ”Pertama kali ayahanda (Nabi SAW) berkata kepadaku : ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal karena sakitku ini.” maka aku pun menangis. Ketika beliau melihat aku menangis beliau kembali berkata kepadaku katanya : ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” itulah maka akupun tertawa.” Rasulullah SAW memanggil kedua cucu beliau, Hasan dan Husain dan Nabi SAW menciumi keduanya serta berwasiat kebaikan kepada mereka berdua. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehatinya dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat dan wasiat ini juga teruntuk kepada segenap kaum muslimin :
”Shalat, shalat dan (perhatikanlah) budak – budak kalian yang kalian miliki.”
Diulanginya hal tersebut berkali-kali, maksudnya agar memperhatikan kedua hal tersebut. Lalu rasa sakit pun terasa semakin berat maka beliau bersabda : ”Keluarlah siapa saja dari rumahku.” Dan beliau bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Aisyah.” Beliau (Nabi SAW) tidur di dada istri beliau, Aisyah r.a. Aisyah r.a. berkata : ”Beliau SAW mengangkat tangannya seraya bersabda : ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la, Bahkan Ar-Rafiqul A’la.” (Maka diketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la)
Masuklah Malaikat Jibril As menemui Nabi SAW seraya berkata : ”Malaikat maut ada dipintu, meminta izin untuk menemuimu dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” maka beliau (Nabi SAW) berkata kepadanya : ”Izinkan untuknya wahai Jibril.” maka masuklah Malaikat Maut seraya berkata : ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat.” maka Rasulullah SAW bersabda : ”Bahkan aku memilih Ar’Rafiqul A’la (teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqin, orang-orang shaleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.”
Aisyah r.a. menuturkan bahwa sebelum Rasulullah SAW wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya dan dia mendengarkan beliau secara seksama beliau berdo’a :
”Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku padanya Ar-Rafiq Al-A’la. Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la, Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la.”
Berdirilah Malaikat Maut disisi kepala Nabi yang mulia sebagiamana dia berdiri disisi kepala salah seorang diantara kita dan berkata : ”Wahai Roh yang bagus, roh Muhammad bin Abdullah, keluarlah menuju keriho’an Allah dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”
(*Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Malaikat Izrail (malaikat Maut) meminta izin untuk menemui Nabi SAW atas perintah Allah untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut dan Nabi SAW mengizinkannya. Ketika itulah Nabi SAW mendapat berita-berita gembira dari Sahabat beliau, kecintaan beliau, sipembawa wahyu yaitu Malaikat Jibri As sebagai berikut :
”Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, para Malaikat telah berbaris untuk menyambut kedatangan roh Nabi SAW, bahwa pintu-pintu Syorga telah dibuka, para bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu dan tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.” Untuk semua berita gembira yang disampaikan oleh malaikat Jibril As tersebut disambut oleh oleh Nabi SAW dengan sabdanya : ”Segala puji dan syukur untuk Tuhanku.” Malaikat Jibril As melihat ada kegelisahan diwajah Nabi SAW apalagi bibir itu perlahan bergerak mengucapkan kata-kata : ”Umatii, Umatii.” Malaikat Jibril pun bertanya kepada Nabi SAW : ”Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : ”Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berpuasa pada bulan mereka (Ramadhan) sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : ”Saya membawa khabar gembira untuk Baginda. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : ”Aku telah mengharamkan Syorga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Nabi Muhammad SAW) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku wahai Jibril.” *)
Setelah mendengarkan dengan seksama do’a Rasulullah SAW yang ketika itu tengah bersandar lemah didadanya. Tidak lama kemudian Sayyidah Aisyah r.a. berkata : ”Maka jatuh lemaslah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat diatas dadaku dan sungguh aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW telah tiada...”
Inna Lillahi Wa Innaa Ilaihi Rojiun.
Nabi Muhammad SAW, Nabi termulia, Rasul paling agung telah wafat. Telah berpulang kerahmatullah manusia yang paling mulia, seorang Nabi dan Rasul yang sangat mencintai umatnya, seorang bangsawan Quraisy yang handal sebagai pemimpin umat, yang sukses menjalankan tugas kenabian, telah berpulang Nabi dan Rasul terakhir yang kepribadiaannya oleh Allah SWT telah dipersiapkan buat panutan umat, telah berpulang orang yang tidak pernah memakai sutera, telah berpulang orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, telah berpulang orang yang lebih memilih tikar dari sebuah singgasana, telah berpulang orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir. Peristiwa ini terjadi pada waktu Dhuha, hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awal tahun 11 H. Tepat pada usia beliau (Rasulullah SAW) 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu ’alam Bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H