Apa Dosaku Wahai ManusiaÂ
Aku tidak memilih dilahirkan sebagai seekor burung Gagak . Seandainya aku boleh memilih, pasti aku akan memilih dilahirkan sebagai seekor burung Merak atau sebagai seekor burung Seagull yang putih bersih.
Atau sebagai seekor burung Kutilang yang dengan suaranya yang merdu menyebabkan manusia mau beli dengan harga fantasticÂ
Sedangkan diriku yang malang ini setiap kali mencoba menyanyi untuk menghibur manusia, malahan diusir. Tidak jarang dilempar dengan batu.
Aku sungguh sangat iri menyaksikan betapa Oma menyayangi burung burung Seagull  , diberikan makanan.
Aku sudah berusaha untuk menyanyi. Tetapi suara yang keluar sama tidak menarik. Malahan anak anak manusia bilang,suaraku mirip dengan suara kuntilanak.
Setiap hari aku meratapi nasibku. Bahkan seekor burung Gereja lebih disayangi dibandingkan dengan dirikuÂ
Apa salah diriku? Apa dosaku? Bagaimanapun aku berusaha untuk menyanyi dengan baik, tetap saja diusirÂ
Sumpah serapah:"Pergi kamu gagak sialan" Dan jendela ditutup rapat rapat. Anak anak kami bertanya:" Ibu.mengapa kita dibenci manusia?" Aku hanya dapat menangis.
Air mataku sudah mengering  Aku bagaikan sudah putus asa, memikirkan nasibku.
Pernah aku sengaja berdiri di jalan raya. Akibat merasa putus asa Tetapi Pengemudi kendaraan mengerem kendaraan nya. Karena bilamana Pengemudi kendaraan menabrak seekor burung Gagak,maka dikatakan akan sial selama 7 keturunanÂ
Wahai manusia, mengapa nasib kami seperti ini?
Catatan tambahan:
Kilas balik dalam kehidupanÂ
Tak seorangpun di dunia ini yang dapat memilih dimana dirinya akan dilahirkan .
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H