Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jeritan Hati Seekor Burung Gagak

6 Januari 2025   04:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   04:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphoto.com

Apa Dosaku Wahai Manusia 

Aku tidak memilih dilahirkan sebagai seekor burung Gagak . Seandainya aku boleh memilih, pasti aku akan memilih dilahirkan sebagai seekor burung Merak atau sebagai seekor burung Seagull yang putih bersih.

Atau sebagai seekor burung Kutilang yang dengan suaranya yang merdu menyebabkan manusia mau beli dengan harga fantastic 

Sedangkan diriku yang malang ini setiap kali mencoba menyanyi untuk menghibur manusia, malahan diusir. Tidak jarang dilempar dengan batu.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 
Aku sungguh sangat iri menyaksikan betapa Oma menyayangi burung burung Seagull  , diberikan makanan.

Aku sudah berusaha untuk menyanyi. Tetapi suara yang keluar sama tidak menarik. Malahan anak anak manusia bilang,suaraku mirip dengan suara kuntilanak.

Setiap hari aku meratapi nasibku. Bahkan seekor burung Gereja lebih disayangi dibandingkan dengan diriku 

Apa salah diriku? Apa dosaku? Bagaimanapun aku berusaha untuk menyanyi dengan baik, tetap saja diusir 

Sumpah serapah:"Pergi kamu gagak sialan" Dan jendela ditutup rapat rapat. Anak anak kami bertanya:" Ibu.mengapa kita dibenci manusia?" Aku hanya dapat menangis.

Air mataku sudah mengering  Aku bagaikan sudah putus asa, memikirkan nasibku.

Pernah aku sengaja berdiri di jalan raya. Akibat merasa putus asa Tetapi Pengemudi kendaraan mengerem kendaraan nya. Karena bilamana Pengemudi kendaraan menabrak seekor burung Gagak,maka dikatakan akan sial selama 7 keturunan 

Wahai manusia, mengapa nasib kami seperti ini?

Catatan tambahan:

Kilas balik dalam kehidupan 

Tak seorangpun di dunia ini yang dapat memilih dimana dirinya akan dilahirkan .

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun