Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlukah Menguji Kesetiaan Pasangan Hidup Kita?

6 November 2024   07:06 Diperbarui: 6 November 2024   07:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan Kita Tidak Pernah Basi

Seperti yang sudah sampaikan bahwa yang bisa basi itu adalah makanan dan minuman . Ada nasi basi, masakan basi ataupun minuman yang basi. Maupun obat obatan yang expired date atau kadaluarsa.

Tetapi tulisan, maupun ucapan selamat serta nasihat tidak pernah basi.

Contoh ucapan Selamat pagi! Atau hati hati di jalan! Sejak saya masih pakai celana monyet sudah sering saya dengar dan berlangsung hingga kini.

Kembali ketopik 

Malam tadi sebuah pesan yang panjang lebar masuk ke Ponsel saya. Mungkin lebih tepat disebut sebagai curhat dari pasangan muda. 

"Selamat malam Opa. Saya Sherley, pembaca setia tulisan Opa dan Oma Ros
Mohon maaf saya menganggu waktu Opa.
To the point saja ya Opa.
Diantaranya ada dua judul yang menurut saya sangat menyentuh hati adalah:

"Ketika Hidup Terpuruk, Istri Saya Iklas Jadi Sopir Antar Jemput Anak Sekolah" Dan satu lagi adalah ketika Opa menguji kesetiaan Oma ,untuk memilih antara tetap  pada karir yang sedang cemerlang di  AIG Life atau meninggalkan  karir dan mengikuti Opa keliling Indonesia, mengajarkan tekhnik

Ternyata Oma Ros  yang sedang berada dipuncak karirnya sekali lagi membuktikan kesetiaannya dengan mengundurkan diri dari perusahaan. Walaupun resikonya, akan kehilangan masukan penghasilan puluhan juta rupiah setiap bulannya."

Minggu lalu saya juga diuji oleh suami Saya yang juga bekerja disalah satu bank swasta. Walaupun tidak secermelang prestasi Oma Ros tetapi posisi saya cukup penting Dengan penghasilan yang cukup untuk biaya rumah tangga.

Suami yang baru buka toko beberapa bulan, minta saya
untuk mengundurkan diri . Tapi saya tidak setuju. Karena usaha suami buka toko masih belum menentuh, sedangkan kami sudah punya anak yang kini duduk di SD dan tahun depan akan melanjutkan ke SMP
Suami sangat kecewa dan menganggap saya sebagai seorang isteri tidak setia pada suami.Dimata suami, saya tidak lulus ujian kesetiaan seperti Oma Ros 

Saya merasa sangat terpukul, karena sebagai seorang isteri seluruh gaji saya gunakan untuk keperluan keluarga. Kalau saya resign dari perkerjaan dan ternyata kelak penghasilan dari Toko suami tidak mencukupi untuk keperluan keluarga, bagaimana?

Apa yang harus saya lakukan menurut Opa?

Salam takzim  saya , Sherly  (bukan nama sebenarnya).

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Saya  tidak mungkin saya dapat menjawab secara serta merta. Karena kuatir,jawaban yang saya berikan, akan berpotensial semakin menciptakan jarak antara mereka suami istri. 

Saya tidak pernah berniat untuk menguji kesetiaan istri saya.

Karena wanita yang sudah 60 tahun mendampingi saya dalam suka dan duka ini, sudah membuktikan berpuluh puluh kali tentang kesetiaannya terhadap saya. 

Bahkan menegaskan bahwa satu satunya laki laki yang dicintainya dunia akhirat,adalah diri saya.

Istri merasa keberatan untuk meninggalkan karirnya, tentu tidak dapat secara serta merta divonis sebagai: "istri yang tidak setia" Karena mungkin saja, ia memiliki alasan tersendiri.

Menguji kesetiaan istri tentu saja beresiko menanggung kekecewaan yang mendalam bagi pasangan suami istri. Pertama, istri merasa bahwa kesetiaannya, tidak sepenuhnya diyakini oleh suaminya,sehingga masih perlu diuji, Sedangkan dari pihak suami, merasa sangat terpukul karena ketika istrinya  menolak untuk resign dari karirnya, dalam hatinya sudah divonis sebagai petanda :'tidak setia"

Karena itu, janganlah pernah ingin menguji kesetiaan istri, sebab akan melukai kedua duanya.

Renungan kecil di pagi indah 

Tjiptadinata Effendi 

-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun