Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Orang Mudah Putus Asa?

2 Oktober 2024   04:15 Diperbarui: 2 Oktober 2024   04:49 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak Mampu Menghadapi Badai Kehidupan 

Orang yang putus asa, sesungguhnya sudah mati sebelum kematian sesungguhnya datang menjemput (t.e)

Perjalanan hidup ini dapat dianalogikan bagaikan bahtera yang mengarungi samudra tak bertepi 

Ada kisah dongeng yang menina bobokan . Melukiskan betapa mudah perjalanan hidup ini. Suatu waktu,saat Sang Pangeran berburu di hutan dan kesasar kesebuah desa. Ia bertemu seorang gadis dan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Singkat cerita, mereka menikah dan hidup berbahagia for ever and ever. Enak banget rasanya seandainya hidup dapat didisain seperti dongeng tersebut. 

Secara tanpa sadar, anak anak yang mendengarkan atau membaca dongeng ini jadi terobsesi. Yang pria membayangkan dirinya kelak sebagai seorang Pangeran dan yang wanita membayangkan dirinya kelak akan dilamar Sang Pangeran. 

Baru Sadar Setelah Menikah 

Setelah menikah baru sadar bahwa ternyata hidup tidak semudah dalam dongeng. Sadar bahwa, cinta itu menyenangkan tapi tidak mengenyangkan.Bahwa untuk dapat bertahan hidup tidak cukup hanya sebatas saling mencintai. 

Selain dari modal cinta, orang harus makan agar dapat bertahan hidup. Untuk dapat membeli makanan, harus ada uang. Dan untuk mendapatkan uang orang harus mau bekerja. Belum lagi untuk kebutuhan hidup lainnya. 

Maka badai kehidupan mulai dirasakan. Masa honeymoon sudah berakhir. 

Tidak Siap Mental 

Karena selama ini membayangkan bahwa hidup ini akan selalu semudah dan seindah kisah dongeng Cinderella. Yakni "keduanya saling jatuh cinta,mereka menikah dan hidup berbahagia selama lamanya " Maka menghadapi perjalanan hidup yang terkadang pahit getir dan tidak berbelas kasih,maka cukup banyak orang yang putus asa. Padahal,putus asa dapat dimaknai sebagai:" orang sudah mati sebelum kematian sesungguhnya datang menjemput "

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Pengalaman Hidup 

Saya pernah berada di ambang keputusasaan 

Ketika itu ,kehidupan kami sungguh  sedang terpuruk habis habisan. Petualangan saya di Medan selama 2 tahun,tidak menghasilkan apapun, selain menyisakan malaria yang akut dalam diri saya.

Pulang ke kampung halaman dengan menebalkan kulit muka, karena malu bertemu teman teman dan kerabat.

Semuanya bertubi tubi menimpa hidup kami. Utang yang belum terbayar, anak sakit tidak ada uang untuk kedokter,cincin kawin sudah digadaikan. Aliran listrik diputuskan ,karena sudah 2 bulan menunggak, saya jatuh dari bus dan batuk darah. Istri tercinta kurus dan pucat. 

Mau minta tolong kepada siapa?Semua orang menjauh. Serasa bumi itu menganga dan kami terperosok kedalam jurang tak berdasar.Seperti itulah perasaan saya pada waktu itu.

Selain istri saya ,tidak ada lagi tempat dimana saya bica bercerita, apalagi meminta saran. Semua sahabat dan kerabat menjauh dari saya. Seperti menjauhkan diri dari orang berpenyakit menular. Inilah agaknya hukum kehidupan, yang tidak pernah disinggung ,apalagi diajarkan dibangku kuliah.

Nasihat dari Guru saya
Waktu saya sedang berjalan linglung,tidak tahu mau kemana, bertepatan ketemu Guru saya di tengah jalan. Sempat ngobrol sebentar dan kemudian menepuk bahu saya,sambal berkata:” Jangan pernah menyerah Effendi,Percayalah,selalu ada jalan. Jangan lupa berdoa.You'll never walk alone "

Hanya sebuah kalimat, yang biasa biasa saja,Beliau tidak berkotbah panjanglebar dan juga tidak memberikan saya uang. 

Tetapi pesan yang keluar dari lubuk hati terdalam ,sungguh sungguh memenuhi seluruh rongga

Jangan pernah menyerah.Where there is a will, there is a way. Dimana ada kemauan pasti disana ada jalan. Meratapi kegagalan tidak akan mengubah apapun, malahan akan menyebabkan hidup semakin terpuruk.

Puji syukur kepada Tuhan, setelah melalui ujian kehidupan selama tujuh tahun, berkat kasih Tuhan, kami lulus ujian hidup.. Berdasarkan pengalaman hidup pribadi yang pahit getir ini, terbitlah karya tulis saya yang berjudul:" Your choice is your life"

Terkadang bagaikan mimpi kami berdua dapat menikmati keindahan musim semi di Australia 

Renungan kecil di pagi musim semi

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun