Bukan Merendahkan Diri
Ada pertanyaan dari Kompasianer yang bernama Wijaya Kusuma,tapi lebih popular dengan nama Omjay. Pertanyaan sangat sederhanaÂ
 "Opa apakah tidak pernah marahan dengan Oma?"Â
Kalau "marah" yang dimaksudkan adalah saling teriak, seperti pasangan muda, ya enggaklah. Apalagi sampai saling lempar piring atau mengeluarkan kata kata kasar. Sejak awal menikah dan selama hampir 60 tahun berumah tangga,puji syukur kepada Tuhan, tidak pernah terjadi. Nah, kalau sudah berani bawa bawa nama Tuhan, berarti sungguh sungguh.
Selama hidup, kami berdua dan anak anak cucu, tidak pernah mengeluarkan kata kata kotor terhadap orang lain. Apalagi terhadap keluarga.
Hingga anak anak dewasa dan berkeluarga, tidak pernah satu kata kotor yang mereka ucapkan. Karena sejak kecil mereka tidak pernah mendengarkan kami berdua berbicara kasar, hingga menyebutkan nama salah satu penghuni kebun binatang.
Bukan Malaikat
Tapi kami berdua bukan malaikat .Jadi sesekali pasti ada gesekan kecil. Seperti misalnya, saat isteri saya sedang serius berbicara, hobi bercanda saya kambuh.Â
Akibatnya istri tercinta,ngambeg dan bilang:' Orang ngomong serius, tapi koko bawa bercanda. Lin nggak mau ngomong lagi sama Koko ah" Â
Walaupun sedang ngambeg, kami berdua tidak pernah gunakan kosa kata:" Lu gua "Â
Bila istri saya ngambeg, maka merasa diri bersalah,saya langsung bilang:" Maaf ya sayang " sambil memeluk istri saya.Â
Dan istri saya bilang:" Ya sudah lah. Lain kali jangan gitu ya Koko " Masalah selesai.
Begitu juga sebaliknya. Kami tidak pernah membiarkan sekecil apapun gesekan hingga dibawa tidur.
Minta maaf tidak akan mengurangi apa yang ada pada diri kita. Sebaliknya berani minta maaf dengan setulus hati adalah bukti kerendahan hati
Sebelum tidur, kami berdua sudah saling memaafkan. Kemudian dengan saling berpegangan tangan kami berdoa. Kami berdua tidak pernah membawa tidur kemarahan.
Hindari Merasa Diri Paling Benar
Masalah mulai timbul bila salah satu dari pasangan hidup merasa diri paling benar. Sehingga walaupun jelas sudah bersalah, tetapi tidak mau minta maaf. Akibatnya kedua pasangan saling diam.
Bila hal ini dibiarkan berlarut larut maka keharnonisan rumah tangga adalah taruhannya
Apalagi bila meningkat menjadi saling serang antara pasangan hidupÂ
Diserang dan balik menyerang,bukan hanya ada dalam kehidupan bernegara atau kehidupan dalam dunia politik
Tetapi terjadi dalam kehidupan rumah tangga  Yang tampak dari luar merupakan keluarga baik baik.Â
Karena merasa disudutkan oleh istri, maka saking amarah suamipun balas menyerang dengan kata kata yang lebih menyakitkan.Â
Maka orang yang berstatus suami istri ,bahkan sudah menjadi ayah dan ibu dari anak anak hasil pernikahan mereka ,kini bagaikan saling menusuk dan melukai hati masing masing.
Kalau sampai pada kondisi seperti ini, maka ibarat orang menyimpan Bom Waktu  Sedikit saja ada gesekan maka sudah cukup untuk meledakkan bom waktu ini. Dan spa yang sudah dibangun dengan susah payah akan hancur berkeping keping dalam seketika
Renungan kecil di malam hariÂ
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H