Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Susah Payah Membesarkan Anak

12 Agustus 2024   04:40 Diperbarui: 12 Agustus 2024   05:33 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata Setelah Dewasa Melawan, Mengapa?

Ada begitu banyak kejadian yang menyedihkan, tentang hubungan orang tua dengan anak anak, setelah mereka dewasa. Dari versi orang tua, merasa sudah bersusah payah membesarkan dan mendidik anak anak mereka. Bahkan tidak sedikit yang demi menyekolahkan anak anak mereka, hingga menjual sawah dan harta bendanya 

Ternyata setelah anak sukses,malahan bersikap acuh tak acuh terhadap orang tua n Akibatnya orang tua, menganggap anak mereka sebagai anak durhaka?. Tidak sedikit orang tua yang curhat kepada saya, yang sebagian besar adalah anak sahabat kami..

' Om dan Tante sungguh diberkati Tuhan. Anak mantu Om dan Tante sangat menyayangi Om dan Tante berdua. Kami merindukan untuk dapat duduk makan bersama anak mantu cucu, tetapi hingga kini hanya sebatas sebuah impian "

Sejujurnya, Saya sedih sekali mendengarkan curhat semacam ini. Karena dalam keluarga kami setiap kali ada anggota keluarga yang berulang tahun, selalu ada acara makan bersama.  Tapi urusan pribadi keluarga orang lain, walaupun sahabat dan kerabat, tidak mungkin saya ikut campur.

Mengapa bisa terjadi seperti itu?

Membaca tulisan ini sebagian besar orang pasti mengutuki si anak dan dianggap anak durhaka 

Tetapi sesungguhnya belum tentu sepenuhnya kesalahan pada anak. Mengapa?

Kalau boleh dianalogikan, bila nonton di televisi,film nya kabur dan suara tidak enak didengar, belum tentu karena filmnya rusak. Boleh jadi kesalahan pada pesawat tv.

Pernah saya gemas menyaksikan,ada cucu dari sepupu kami, yang travelling ke Paris, pada saat mamanya terbaring di rumah sakit 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Karena sudah mengangap Tony (bukan nama sebenarnya) sebagai cucu sendiri, maka saya mencoba menyadarkannya bahwa alangkah sedih hati mamanya, saat dirinya terbaring di rumah sakit, anaknya malahan pesiar ke Paris.

Tapi apa jawaban Tony? "Opa jangan salahkan kami. Dulu sewaktu kami masih kecil, setiap liburan sekolah, mama dan papa travelling keluar negeri Kami anak anak ditinggal sama Pembantu. Jadi saya tidak merasa bersalah, Karena mama sudah kami antarkan ke rumah sakit. Sedangkan ticket sudah kami beli sebelum mama jatuh sakit"

Nah, kalau sudah begini, tentu saja saya tidak mungkin ikut campur terlalu jauh dalam urusan pribadi keluarga orang lain walaupun sahabat baik 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Hukum Tabur Tuai

Hukum Tabur Tuai merambah seluruh lapisan masyarakat.Sewaktu anak anak masih kecil, kami tidak pernah travelling tanpa bawa anak anak,kecuali sewaktu suami di operasi di RS Mount Elizabeth di Singapore.

Puji syukur kepada Tuhan. kami dapat menikmati kasih sayang anak mantu cucu kami. 

Sewaktu saya di rawat di Wollongong public hospital beberapa tahun lalu karena infeksi pada paru paru akibat terjatuh ditangga pesawat,saya dijaga isteri dan Putri kami.

Putra kami membatalkan perjalanan ke. Amerika dan datang menenggok saya bersama Putra nya. Dan berbisik pada saya:' Papa tidak usaha pikirkan biaya rumah sakit. Saya yang lunaskan. Yang penting papa cepat sembuh ya Papa "

Mendidik kuda dengan cambuk

Mendidik anak dengan kasih sayang 

Didiklah anak anak dengan kasih sayang yang tulus. Berikanlah contoh yang nyata. "Jangan merokok,karena merokok itu merusak kesehatan" Maka orang tua harus kasih contoh:"jangan pernah merokok" .Selanjutnya:"Jangan berbicara kotor" Maka orang tua ,jangan pernah memaki maki .

"Diskriminasi itu tidak baik",maka orang tua harus mampu memberikan contoh teladan yang nyata. Satu contoh teladan yang nyata  jauh lebih berharga ketimbang seribu kotbah

Renungan kecil di pagi musim dingin 

Tjiptadinata effendi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun