Hindari Pola Pikir yang KeliruÂ
Pola pikir orangtua tempo dulu rerata: "Sewaktu anak masih kecil, dipelihara dan dibesarkan oleh orangtua. Bahkan, dengan susah payah bekerja keras demi membiayai pendidikan anak anak. Kelak ketika anak anak sudah dewasa, maka kewajiban mereka menjaga dan merawat orangtua."
Salah satu alasan, adalah tempo dulu, anak anak walaupun sudah menikah tetap tinggal di rumah orangtua. Karena tinggal satu rumah dengan orang tua, maka tidak ada masalah, bila orangtua ikut makan bersama keluarga. Tidak masalah juga menyapa orang tua setiap hari.
Zaman Sudah BerubahÂ
Tetapi hidup bersifat dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu. Kini anak-anak yang sudah menikah, hidup terpisah dari rumah orangtua. Bahkan boleh jadi berbeda kota dan daerah. Â
Sebagai contoh nyata adalah dalam keluarga inti kami berdua. Putra pertama di Western Australia, Putra kedua di Jakarta dan Putri kami di New South Wales.Â
Kapan kami mau duduk makan bersama? Begitulah yang terjadi dalam kehidupan orangtua yang anak-anak mereka sudah menikah dan hidup secara terpisah pisahÂ
Sehingga tidak memungkinkan lagi bagi anak-anak untuk menjaga dan merawat orangtua, seperti yang terjadi tempo dulu, semasa seluruh keluarga termasuk yang sudah menikah tetap tinggal bersama di Rumah Gadang.
Anak-anak yang sudah menikah sibuk bekerja keras untuk menghidupi anak-istri. Pulang ke rumah sudah malam dan seterusnya.Â
Nah, Pola pikir bahwa anak-anak adalah investasi untuk masa tua orangtua sudah out of date. Membesarkan dan mendidik anak adalah kewajiban orangtua. Anak-anak bukan merupakan Life Investment.
Bila pola pikir "Anak adalah investasi untuk masa tua" maka kelak akan menuai kekecewaan.
Hasil dari cara berpikir yang salah di masa muda, akan dirasakan sakitnya di masa tua. Di mana seharusnya para orangtua menikmati masa-masa pensiun dengan damai dan hati tenang, justru menghadapi kekecewaan dan kepedihan.
Cara berpikir itu adalah sebagai berikut: "Sebagai orangtua, kita sudah membesarkan anak anak dengan susah payah. Menyekolahkan mereka, hingga selesai, dengan mengorbankan seluruh kesenangan hidup kita. Maka wajarlah bila kita sudah tua, maka giliran anak-anaklah yang akan menjaga kita."Â
Cara berpikir yang keliru ini, bila tidak segera dibenahi, maka kelak berpotensi menghadirkan masa tua yang kelamÂ
. . .
Mempersiapkan masa depan bagi anak anak tentu saja sangat penting, tetapi jangan sampai lupa bahwa mempersiapkan masa tua kita tidak kurang penting.
Kalau kelak anak-anak hidup mapan dan mengirimkan uang belanja untuk kita, maka hal tersebut adalah keberuntungan. Tapi jangan sampai menjadi target.
Puji syukur kepada Tuhan, ketiga anak kami sangat memanjakan kami berdua.
Renungan kecil di pagi ini.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H