Mungkin Keliru Menerapkan Hukum PriorityÂ
Sama sama mulai dari nol, mengapa ada yang sukses, tetapi ada yang belum menemukan turning point untuk mengubah nasib?
Salah satu kemungkinan kesalahan terbanyak dilakukan orang adalah keliru dalam menerapkan Hukum PriorityÂ
Yakni mengutamakan yang di sukai dan menomor duakan yang wajib dilakukan.
Karena itu sebelum semuanya terlambat, maka kita perlu belajar dari berbagai kejadianÂ
Karena sesungguhnya kehidupan ini adalah sebuah Universitas yang bersifat Multidimensi, dimana kita dapat belajar ,24 jam sehari dan tidak dibatasi oleh sekat sekat ,semacam dinding sekolah. Alam semesta adalah guru yang terbaik ,bagi manusia.
Dalam bahasa Minang disebut: "Alam takambang jadi guru"
Kita perlu belajar tidak hanya dari orang sukses tetapi perlu juga belajar dari kegagalan orang lain. Agar jangan sampai terjadi pada diri kita.
Ada begitu banyak hal yang harus dikerjakan. Ada yang dengan senang hati kita lakukan.Misalnya duduk berleha leha didampingi isteri tercinta. Sambil menikmati secangkir cappuccino hangat dan sepotong pisang goreng. Kalau sudah begini serasa dunia hanya milik kami berdua.
Rasanya dari pagi hingga sore betah duduk berlama lama. Apalagi diluar hujan dan dimusim dingin lagi.
Tetapi tetiba ingat,hari ini Tong Sampah harus dikeluarkan, karena sebentar lagi truck pengangkut sampah akan lewat. Bila telat keluarkan Tong Sampah berarti selama seminggu sampah membusuk didepan rumah.
Maka saat ini ada pilihan. Mau tetap duduk santai atau berdiri dan mengeluarkan Tong Sampah?
Hal yang tampak sangat sepele, tetapi melukiskan sikap mental kita. Mengingatkan tentang Hukum Priority. Mana yang patut didahulukan? Â Dengan melatih diri dari hal yang tampak sangat sepele, sesungguhnya merupakan pembentukan kepribadian kita. Yang akan menentukan masa depan kita. Yakni menomor satukan mana yang harus dikerjakan dan menomor duakan yang kita sukaiÂ
Buatlah segala sesuatu menjadi berarti dalam hidup kita, maka hidup kita akan menjadi berarti. Sebaliknya bila kita menganggap semua hal kecil itu sepele dan tidak bernilai, maka hidup kita juga tidak akan bernilai.( Tjiptadinata Effendi)
Jangan sampai lupa bahwa segala sesuatu yang besar berasal dari hal yang kecil. Sebagai contoh yang nyata, sewaktu saya menjadi Penjual kelapa parut di Pasar Tanah Kongsi, upah parut satu butir kelapa adalah 5 rupiah. Bila seharian kelapa parut saya terjual 15 butir kelapa, berarti saya dapat keuntungan 15 xRp.5-=Rp.75 -- Dari yang sedikit inilah kami bertahan hidup.
Sikap mental menentukan masa depan kita. Masa depan kita adalah juga masa depan keluarga tercinta.
Renungan kecil dimusim dinginÂ
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H