Towongan ini dilengkapi dengan berbagai ruangan .Â
Masih menurut Robbie, Lobang Japang ini dibangun sejak Maret 1942 , berarti satu tahun sebelum kami berdua dilahirkanÂ
 Kedalamannya mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah. Pembangunan Lobang Jepang dilakukan secara paksa yang dikenal sebagai kerja rodi
Pemerintah Jepang saat itu mendatangkan pekerja dari berbagai daerah, seperti Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi dan sebagainya .Tentu saja semua merupakan tenaga kerja paksa. Entah berapa banyak yang tewas dalam membangun terowongan ini, tidak ada catatan sejarah.Â
Tentara Dai Nippon sengaja tidak menggunakan tenaga kerja paksa dari Bukittinggi dan sekitar,demi menjaga kerahasiaan. Tak terbayangkan penderitaan para pekerja paksa, sebelum maut merenggut kehidupan merekaÂ
Menurut Robbie,terdapat sekitar 21 lorong kecil dengan fungsinya masing-masing. Lorong-lorong itu ada yang digunakan sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, ruang pelarian, ruang penyergapan, hingga penjara.
Lobang Jepang baru ditemukan pada awal tahun 1950. Saat ditemukan, pintu terowongan ini hanya 20 centimeter, dan kedalaman 64 meter.Â
Sebagai penutup,Robbi menceritakan bahwa terowongan ini tembus hingga ke Jam Gadang di BukittinggiÂ
Bagi kami berdua,cukuplah sekali itu menapaki perjalanan horror ke Lobang Japang. Walaupun sesungguhnya kami sudah berkunjung ke Bukittinggi puluhan kali. Mungkin karena kami berdua di lahirkan di era Dai Nippon,maka terasa banget suasana hati yang mencekam selama lebih kurang satu jam dalam terowongan Lobang JapangÂ
Tjiptadinata effendiÂ
Â