Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Muda Topang Lansia

9 Juni 2024   04:10 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:33 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi/ makan bersama 4 generasi 

Atau Sebaliknya?

Kemarin saat memeriksa e-mail yang masuk, tetiba pandangan saya tertuju pada sebuah pesan masuk dari Kompas .com. Isi pesan bersifat umum dan boleh jadi banjak sahabat di Kompasiana yang juga menerima email yang sama. Yakni tentang hubungan antara generasi muda dan Lansia.

Generasi Muda Topang Lansia atau Sebaliknya? 

"Keuangan warga lansia serta generasi milenial dan gen Z saling bergantung. Situasi tersebut tergolong tak ideal." begitu menurut sumber berita. Lalu seperti apa idealnya?

 Bagi yang tidak menerima email tersebut, ijinkanlah saya kutip sebait dari Sumber.

Harian Kompas mengundang Anda untuk membedah kesejahteraan lansia serta generasi Z dan milenial yang saling menopang dengan mengikuti webinar eksklusif Kompas Editor's Talks: Lansia, Gen Z, dan Milenial yang Saling Menopang pada:
📆hari, tanggal: Jumat, 14 Juni 2024
⏰waktu: 14.00 WIB (Kompas.com)

Saling mendukung dan saling membantu tentu saja merupakan sebuah kebahagiaan dalam hubungan kekeluargaan.

Tetapi, saling ketergantungan keuangan, jelas bukanlah merupakan sesuatu yang diharapkan. Karena konsekuensi logisnya, akan terjadi efek domino, bila salah satu pihak ada masalah keuangan. Satu jatuh, maka semua akan terembet jatuh.

Secara pribadi, saya sudah menyaksikan tragedy semacam ini terjadi dikampung halaman saya. 

Tetangga kami,sebut saja Bram,terkenal kaya di kampung halaman saya. Tapi anak anak nya,saking dimanja, hingga sudah menikah masih hidup sepenuh nya dari dukungan Pak Bram. 

Suatu waktu Pak Bram jatuh sakit dan tidak mampu mengurus perusahaan nya. Sementara kedua anaknya yang sudah berkeluarga tidak mampu melanjutkan usaha Ayah mereka. 

 Akibatnya efek domino terjadi dalam keluarga ini. Perusahaan bangkrut karena tidak ada yang mampu mengurus dan kedua Anak anak Pak Bram hidup brantakan karena tidak ada lagi dukungan keuangan dari Pak Bram. Dari sebuah keluarga kaya dan terpandang , menjadi keluarga yang hidup melarat. Pelajaran hidup yang sangat berharga bagi saya dan orang banyak.

Kami bersyukur kepada Tuhan, dalam kehidupan bersama, dalam hal ekonomi keluarga masing masing mampu mandiri. Masalah hadiah ataupun uang belanja merupakan tanda kasih sayang dan bukan menyebabkan saling ketergantungan 

Cucu dan cucu mantu kami, masing masing berkerja dan memiliki keuangan mandiri.  

Sejak awal kami menikah, sudah menerapkan prinsip hidup mandiri dan sudah menjadi semacam tradisi turun temurun. Sehingga dengan demikian terhindar dari terjadi domino effect 

Renungan kecil dipagi musim dingin 

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun