Mendengarkan kalimat "Giving is giving" enak banget kedengarannya. Begitu juga kita dapat mengucapkannya dengan suara lantang. Tetapi ternyata dalam mengaplikasikannya, baru sadar bahwa tidak semudah seperti kita mengucapkannya. Butuh ketulusan dari lubuk hati terdalam.
Pelajaran hidup dari University of life, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk belajar. Salah satunya adalah bagaimana memaknai arti Giving is giving. Memberi adalah memberi. Karena bila kita memberi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk apapun,maka pemberian kita sudah ternoda. Karena tidak layak lagi disebut sebagai suatu pemberian.
Begitu juga, memberikan sesuatu pada orang lain, tetapi dijadikan alasan untuk mendapatkan perhatian khusus, secara serta merta telah memutuskan makna dari Giving is giving.
Bila kita sudah menolong orang lain dengan ikhlas,maka lupakanlah. Janganlah berharap balasan dalam bentuk apapun. Sesudah memberikan sesuatu pada orang lain,maka sejak saat itu kita tidak lagi berhak untuk ikut campur dengan apa yang dilakukan dengan bantuan kita. Inilah yang disebut sebagai " Giving is giving "
Karena itu miris rasanya mendengar betapa mudahnya orang mengucapkan:" Kalau saya nothing to loose" dalam memberikan sesuatu pada orang lain
 Tetapi, setelah memberi sesuatu, terus dijadikan bahan gunjingan.Â
Semua orang tahu, bahwa hal yang paling hina dalam hidup ini adalah menjadi orang munafik. Pura pura berbaik hati untuk menolong orang lain, tetapi sesungguhnya hanyalah cara untuk " pamer kebaikan diri '. Hal ini merupakan pendapat pribadi. Tidak mungkin menjadi orang yang sempurna. Tapi minimal memiliki ketulusan hati dalam memberi.
Lebih baik janganlah memberi, bila tidak ikhlas. Karena hanya akan melukai hati orang yang ditolong.
Hanya sebuah renungan kecil dipagi indah ini
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H