Tapi Semangatnya Tetap Hidup
Salah satu kalimat yang terasa tajam menghujam yang ditulis Hok Gie adalah:
Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura pura suci dan mengatas namakan Tuhan" (soe hok gie)
Jangan lupa pada masa itu Indonesia dalam kekuasaan Orde Baru. Kata kata yang ditulis merupakan sebuah fakta tak terbantahkan. Orang yang mengajari tentang kasih dan pengampunan , ternyata kelak ketahuan tidak mampu mengaplikasikan apa yang dianjarkan terhadap keluarga sendiri.
Orang yang seharusnya prilakunya patut diteladani, malah memberikan contoh memalukan sebagai seorang penguasa.
Tetapi tidak semua orang senang menerima kenyataan ini.
Mengenai biography Hok Gie sudah ratusan kali diceritakan oleh berbagai media. Sehingga tidak perlu nyinyir mengulangi menulisnya disini.
Secara pribadi saya tidak kenal Hok Gie. Yang saya tahu adalah Hok Gie lebih tua beberapa bulan dari saya. Hok Gie lahir 17 Desember 1942, sedangkan saya lahir tanggal 21 Mei 1943.
Saya baru tahu lebih banjak tentang Hok Gie setelah pementasan tentang Hok Gie di Melbourne menjadi viral. Dan hal ini sudah pernah saya tuliskan di Kompasiana dengan judul
"Semangat Soe Hok Gie Mampu Memukau Penduduk Melbourne"
Klik untuk baca:
Selang sehari setelah artikel tentang Soe Hok Gie dengan judul" Semangat Soe Hok Gie mampu Memukau", terpajang di Kompasiana,ada sebuah pesan di inbox yang menarik.
Pengirim adalah Freddy Wijaya,yang berdomisili di Jakarta.
Freddy, adalah teman akrab dari Hok Gie dan kakaknya Hok Djin.Mereka sudah berteman sejak masih di SD kelas 3.Bisa dibayangkan bahwa ketiganya adalah merupakan teman karib dan sekaligus tetangga.
Yang tentu tidak perlu semuanya ditulis disini.
Kumpulan catatan harian Hok Gie,diterbitkan dalam bentuk buku, dengan judul:
” Catatan Seorang Demonstran”
4 tahun sesudah kepergiannya. Buku ini berisi opini dan pengalamannya terhadap aksi demokrasi
Sementara itu lagi sebuah bukunya yang lain ,diterbitkan dari himpunan 35 artikelnya, yang pernah dimuat di Harian Kompas,Harian Kami, Sinar Harapan dan Indonesia Raya..dengan judul :” Zaman Peralihan(Bentang, 1995)
Kakak kandungnya Arief Budiman, yang pernah menjadi dosen di Universitas Kristen Satya Wacana,kini berdomisili di Australia.
Jasad Hok Gie sudah lama melebur dan menyatu dengan bumi pertiwi . Tapi semangat nya tetap hidup.
Sumber bacaan:
- abc.news.com
- Kompas.com
Sumber lainnya
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H