Untuk Indonesia Tercinta?
Kalimat yang mungkin dianggap sudah kuno atau tidak lagi up to date dengan perkembangan zaman adalah "Jangan tanya apa yang dapat diberikan Tanah Air kepada saya, melainkan apa yang dapat saya lakukan untuk Tanah Tumpah darah saya?" Walaupun kedengarannya sebagai semboyan yang sudah usang, tapi bagi saya pribadi nasih tetap relevan untuk melakukan introspeksi diri.
Cuplikan Pengalaman Pribadi
Sejak nasib kami sudah berubah,saya sudah mulai berpikir "Apa yang dapat saya lakukan selain berkerja keras siang malam untuk meraih impian hidup?"
Kami berdua menekunni hobi Amatour Radio. Ikut berpetan secara aktif dalam setiap event .Seperti bantuan komunikasi jelang Pemilu, Kegiatan Pramuka dan bencana alam. Juga ikut aktif dalam penyelengaraan M.T.Q di Padang.Â
Pada masa itu belum ada Ponsel Sehingga perangkat Amatir radio sangat dibutuhkan.
Tidak Jarang kami ikut ke lokasi bencana. Semuanya atas biaya pribadi. Sama sekali tidak ada dukungan dana dari pemda setempat. Semuanya kami lakukan sebagai rasa tanggung jawab sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Setelah Ponsel menjadi sarana paling cepat dan effisien serta efektif Salam penyampaian berita, ORARI tidak lagi menjadi andalan,bahkan dilupakan orang.
Terapi setidaknya sebagai salah satu dari 270 juta orang Indonesia, kami sudah berbuat sesuatu untuk Indonesia tercinta. Tidak malu kami mengaku diri sebagai orang IndonesiaÂ
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H