Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terlalu Banyak Berpikir Dapat Membutakan Mata Hati

8 Juni 2023   20:10 Diperbarui: 9 Juni 2023   13:28 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Akhirnya Tidak Berbuat Apapun

Pikir itu pelita hati. Karena itu sebelum bertindak, kita selalu memikirkan akibat dari tindakan kita. Tetapi terlalu banyak berpikir,menyebabkan orang hanya berjalan ditempat dan nothing to do. Sebagai contoh sederhana. Rencana awal adalah mau membantu orang yang sedang kesusahan . Tetapi kemudian mulai berpikir,mengapa pula saya yang harus membantunya. ? Bukan saudara ,bukan sanak famili,malah kenalpun tidak. Kalaupun saya bantu,apa untungnya buat saya ? Jangan jangan nanti malahan saya berada dalam bahaya ,karena semua orang minta bantuan kepada saya . Dan seterusnya Akibat terlalu banyak berpikir,akhrinya membutakan mata hari yang awalnya tergerak untuk membantu meringankan beban penderitaan sesama manusia. Akhirnya ,tidak berbuat apapun .

Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa terlalu banyak berpikir atau overthinking dapat menghalangi kita untuk melibatkan intuisi atau perasaan hati dalam pengambilan keputusan. 

Terlalu banyak analisis: 

Ketika kita terlalu banyak berpikir, kita cenderung menganalisis situasi secara berlebihan. Kita mempertimbangkan segala kemungkinan, risiko, dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Hal ini bisa membuat kita sulit untuk mengambil keputusan karena terjebak dalam perenungan tanpa akhir. Kita mungkin saja dikagumi orang banyak,karena dianggap sebagai pemikir yang ulung .Segala teori dan referensi hafal diluar kepala . Tetapi sesungguhnya hanyalah sebuah kebanggaan semu  . 

Silakan  tengok,kehidupan orang yang terlalu pintar ngomong dan terlalu banyak teori. Ternyata hidupnya berbeda bagaikan siang malam dengan kepiawaiannya dalam berteori.

Kekhawatiran berlebihan: 

Overthinking seringkali terkait dengan kekhawatiran berlebihan. Kita mungkin terlalu fokus pada apa yang bisa salah atau buruk dalam suatu situasi, sehingga mengabaikan intuisi atau perasaan hati yang mungkin memberikan petunjuk yang lebih baik. Betapapun beraninya seseorang,tapi pasti suatu waktu ada rasa kuatir. Bagaimana bila rencana gagal ? Apa yang akan dilakukan ? Dengan apa mau membayar utang ? Dan seterusnya dan seterusnya,sehingga pikiran yang berbelit belit,bagaikan membelit dirinya ,sehingga menghadirkan rasa kuatir yang berlebihan,sehingga tidak berani bertindak apapun.

Mengabaikan perasaan: 

Ketika kita terlalu banyak berpikir, kita cenderung mengabaikan perasaan dan intuisi kita. Perasaan hati bisa menjadi indikator yang kuat dalam menghadapi situasi yang kompleks atau sulit. Jika kita membutakan mata hati kita, kita kehilangan kepekaan terhadap sinyal dan petunjuk yang muncul dari dalam diri kita. Siang malam berpikir,bagaimana kalau begini dan bagaimana kalau terjadi begini . Sehingga hati nurani tidak mendapatkan tempat dalam diri pribadinya,yang sudah terkurung oleh pemikiran yang berbelit belit.

Kesulitan membuat keputusan:

 Overthinking dapat menyebabkan kebingungan dan kesulitan dalam membuat keputusan. Kita mungkin terjebak dalam siklus analisis yang tak berujung, sehingga tidak dapat mencapai keputusan yang jelas dan tegas. Keputusan yang diambil berdasarkan analisis rasional saja tanpa melibatkan intuisi atau perasaan hati mungkin kurang memuaskan atau kurang cocok dengan apa yang sebenarnya kita inginkan. Menggunakan keseimbangan antara pemikiran rasional dan hati yang mendalam dapat membantu kita dalam pengambilan keputusan yang lebih seimbang dan memuaskan. Sebagai bukti nyata.silakan menyaksikan lingkungan hidup disekeliling kita . Apakah orang orang yang hidupnya berkecukupan semuanya berasal dari kalangan intelektual ?  Silakan menemukan jawabannya 

Hidup itu sesungguhnya sangat sederhana . Kalau sudah merencanakan melakukan sesuatu,maka pikirkan akibatnya.Bila sudah siap kerjakan. Yang terburuk dalam hidup ini bukanlah kegagalan ,melainkan orang yang tidak berani mengambil resiko dan memilih hidup di jalan datar. 

Kita yang sering membuat hidup itu menjadi rumit dengan terlalu banyak pertimbangan dan menjadi orang peragu ,sehingga tidak melakukan apa yang seharusnya dapat kita lakukan. Tidak melakukan suatu hal yang sesungguhnya wajib dilakukan,adalah sama buruknya dengan melakukan kesalahan. Fail to do what I have to do .

Karena itu ,agar hati nurani kita tidak sampai terpuruk dijejal oleh beban pikiran,perlu sesekali melakukan contemplasi diri dialam bebas 

Hanya sebuah renungan kecil jelang tidur

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun