Akhirnya Tidak Berbuat Apapun
Pikir itu pelita hati. Karena itu sebelum bertindak, kita selalu memikirkan akibat dari tindakan kita. Tetapi terlalu banyak berpikir,menyebabkan orang hanya berjalan ditempat dan nothing to do. Sebagai contoh sederhana. Rencana awal adalah mau membantu orang yang sedang kesusahan . Tetapi kemudian mulai berpikir,mengapa pula saya yang harus membantunya. ? Bukan saudara ,bukan sanak famili,malah kenalpun tidak. Kalaupun saya bantu,apa untungnya buat saya ? Jangan jangan nanti malahan saya berada dalam bahaya ,karena semua orang minta bantuan kepada saya . Dan seterusnya Akibat terlalu banyak berpikir,akhrinya membutakan mata hari yang awalnya tergerak untuk membantu meringankan beban penderitaan sesama manusia. Akhirnya ,tidak berbuat apapun .
Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa terlalu banyak berpikir atau overthinking dapat menghalangi kita untuk melibatkan intuisi atau perasaan hati dalam pengambilan keputusan.Â
Terlalu banyak analisis:Â
Ketika kita terlalu banyak berpikir, kita cenderung menganalisis situasi secara berlebihan. Kita mempertimbangkan segala kemungkinan, risiko, dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Hal ini bisa membuat kita sulit untuk mengambil keputusan karena terjebak dalam perenungan tanpa akhir. Kita mungkin saja dikagumi orang banyak,karena dianggap sebagai pemikir yang ulung .Segala teori dan referensi hafal diluar kepala . Tetapi sesungguhnya hanyalah sebuah kebanggaan semu  .Â
Silakan  tengok,kehidupan orang yang terlalu pintar ngomong dan terlalu banyak teori. Ternyata hidupnya berbeda bagaikan siang malam dengan kepiawaiannya dalam berteori.
Kekhawatiran berlebihan:Â
Overthinking seringkali terkait dengan kekhawatiran berlebihan. Kita mungkin terlalu fokus pada apa yang bisa salah atau buruk dalam suatu situasi, sehingga mengabaikan intuisi atau perasaan hati yang mungkin memberikan petunjuk yang lebih baik. Betapapun beraninya seseorang,tapi pasti suatu waktu ada rasa kuatir. Bagaimana bila rencana gagal ? Apa yang akan dilakukan ? Dengan apa mau membayar utang ? Dan seterusnya dan seterusnya,sehingga pikiran yang berbelit belit,bagaikan membelit dirinya ,sehingga menghadirkan rasa kuatir yang berlebihan,sehingga tidak berani bertindak apapun.
Mengabaikan perasaan:Â