Antara lain, seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia:
Ahli Gizi Hardinsyah mengatakan mi instan bukan makanan berbahaya. Kata profesor dari Institut Pertanian Bogor itu, mi instan yang sudah memiliki label Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pasti aman dikonsumsi. Ia pun menampik anggapan bahwa bahan pengawet yang terdapat dalam mi instan berbahaya jika dikonsumsi. "Selagi dikemas dan ada izin Badan POM-nya, tidak lebih batas kadaluarsanya, itu berarti aman," kata Hardinsyah saat ditemui dalam peluncuran Indomie My Noodlez di kawasan Sudirman, Jakarta, belum lama ini. (cnnindonesia.com)
Sementara itu dari sumber Tempo.co menulis :
Pihak Importir Indomie di Taiwan, Fok Hing (HK) Trading, mengatakan mi produk Indomie sudah memenuhi standar keamanan makanan di Hong Kong maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO). Fok Hing (HK) Trading mengutip penilaian kualitas Indomie pada Juni yang menyatakan tidak menemukan kandungan pengawet terlarang di Indomie." Mi Indomie aman dimakan dan mereka masuk ke Hong Kong melalui saluran impor resmi," tulis Fok Hing (HK) Trading. "Produk yang mengandung racun dan ditemukan di Taiwan diduga diimpor secara ilegal."Sementara itu, produsen Indomie di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), mengatakan produk-produk mereka sudah memenuhi standar internasional. (tempo.co)
Di Australia, Indomie made in Indonesia,menjadi King of Mie insatant
Sebagai orang Indonesia,maka indomie menjadi makanan wajib bagi kami berdua. Sejak masih pakai celana monyet,satya sudah mengonsumsi indomie. Ternyata hingga usia ke 80 tahun,sehat walafiat. Sedangkan ada yang melock down mi instant dari daftar menunya,ternyata tidak luput dari penyakit. Â Persaingan bisnis,terkadang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan bisnisnya, terrmasuk dalam produk mie instant.
Karena itu bagi sahabat Kompasiana dan keluarga yang mungkin mengonsumsi Indomie yang dihebohkan, hendaknya jangan sampai merasa galau. Karena hingga hari ini indomie made in Indonesia masih diperjual belikan di Australia. Dan salah seorang pembelinya adalah seorang Kompasianer yang menulis artikel ini
Catatan tambahan semua foto dokumentasi pribadi
Tjiptadinata Effendi