Berikanlah Kesempatan Kepada  Anak Belajar Mengelola Uang Mereka Sendiri
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan,dalam keluarga besar kami ,cukup banyak yang beragama Islam. Bukan semata mata karena pernikahan,tapi sebagian yang memang dari sononya,sudah beragama Islam. Karena itu,walaupun kami berdua secara pribadi tidak ikut puasa dan secara formal tidak merayakan Idul Fitri,tetapi sesungguhnya cukup sibuk menjawab ucapan Selamat Hari Raya dari keponakan cucu dan kerabat. Â Bahkan ada ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri dari Medinah dan dari Riyad.
Saat ada yang mengucapkan>:" Selamat Hari Raya Idul Fitri,Mohon maaf lahir batin Opa dan Oma",masa iya tega bilang :"Wah,Opa dan Oma tidak merayakan hari Raya Idul Fitri ..dan seterusnya dan seterusnya..." Maka saya selalu  menjawab:"Selamat Hari Raya Idul Fitri juga anandaku. Mohon maaf lahir dan batin" Saya yakin,hal ini tidak akan menciderai apapun.Â
Kembali Kejudul
Tadi pagi ,saya dapat telpon dari salah seorang keponakan cucu dari Kampung Halaman orang tua di Payahkumbuh .Mengucapkan Salamaik Rayo,minal aidin walfaizin" .Sebut saja namanya Dessy,yang masih duduk di kelas 6 SD. Sambil bercanda,saya tanyakan :"Dessy angpaunya banyak ya ?"
Dan diluar perkiraan saya, Dessy terdiam beberapa saat.Dan kemudian menjawab dengan nada sedih:" Lai banyak Opa,tapi disimpan sama ibu . Dessy cuma dikasih  pegang 10 ribu rupiah. Padahal angpau Dessy ,mungkin sekitar 3 ratus  ribuan rupiah"  Om Beng nan mangaleh ,maagieh Dessy 50 ribu rupiah.tante Yessi maagieh satuih ribu " ( Om Beng memberikan 50 ribu dan tante Yessi memberikan angpau seratus ribuan ) Keduanya adalah keponakan saya yang punya toko lumayan besar di Payahkumbuh
Saya terdiam. Akhirnya saya bilang:"Kan mama Dessy tolong menyimpankan ?" Dan langsung dijawab :"Indak do Om .Rayo taun lalu,angpau Dessi disimpan sama ibu dan Dessi cuma diagieh 10 ribu rupiah, 2 kali .nan salabiahnyo di anokan ibu" Â (Hari raya tahun lalu,uang angpau Desi juga disimpan sama ibunya .Dan Dessi hanya diberikan 2 kali masing masing 10 ribu ,selebihnya disimpan oleh ibu dan tidak pernah diberikan kembali )
Berikanlah Kesempatan kepada anak anakÂ
Saya tidak berani kasih komentar lebih lanjut. Karena menyangkut urusan keluarga orang lain,walaupun keluarga salah seorang keponakan saya jugaÂ
Selama ini ,kalau angpau anak anak kami,seratus persen dipegang masing masing. Kami hanya menasihatkan agar mereka berhemat menggunakan uang .Dan membiarkan mereka belajar memanage keuangan mereka masing masing. Kalau tidak diberikan kesempatan,kapan lagi mereka mau belajar mengelola uang sendiri?Â
Lagi pula,walaupun anak masih dibawah umur,bukan berarti uang anak adalah uang uang tua >Benar nggak ya ? Kalau memang niat mau menyimpankan supaya tidak dihabiskan untuk hal tak berguna,alangkah eloknya,dijelaskan kepada anak anak. Jangan biarkan sikap otoriter kita sebagai orang tua,main sita, kayak KPK ,sehingga menimbulkan image negatif terhadap diri kita sebagai orang tua
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H