Pada Minggu Palma, gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus. Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara.Â
Dalam tradisi peribadahan gereja, setelah umat melakukan prosesi daun palem, umat kembali kedalam gereja dan duduk dibangku masing masing, mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil.
Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam liturgi Minggu Palma, dimaksudkan agar umat memahami  bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa wafat Nya di kayu salib.
Dalam seluruh rangkaian prosesi,hingga masuk kembali kedalam gereja, dekorasi berwarna unggu dan hijau. Tak tampak setangkai bungapun, sebagai lambang kedukaan yang mendalam, terhadap kesengsaraan Yesus
Tulisan ini, ditulis berdasarkan pemahaman saya. Karena Pastor Franciszk berkotbah dalam bahasa Inggris, maka boleh jadi ada yang kurang pas saya  pahami. Jadi bilamana terdapat kekeliruan dalam memaknainya,maka kesalahan ada pada diri saya pribadi. Bukan kesalahan Pastor yang berkotbahÂ
Misa yang dimulai jam 10.00 pagi waktu setempat, berakhir sekitar jam 11,30 karena prosesi dan nyanyi nyanyian Â
Keterangan foto semuanya dokumentasi pribadi Tjiptadinata EffendiÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H