Minggu Palma Melambangkan Keagungan, sekaligus Minggu Sengsara
Seperti biasanya, setiap hari Minggu kami hadiri Misa ke II di Gereja St.Peter Simon, karena jaraknya sangat dekat dengan kediaman kami. Apalagi Pastor wakil Kepala Paroki, Pastor Mariuz yang berasal dari Polandia, dengan berjalan kaki, pernah mengunjungi rumah kami.Â
Padahal kami berdua tidak aktif dalam organisasi gereja, walaupun dulu semasa masih menjabat sebagai Ketua Curia Regina Victoria, Sumbar - Riau, saya dan isteri sudah menamatkan kursus  sebagai Katekis. Tapi mengingat kemampuan bahasa Inggris yang masih jauh dari qualify untuk mengajarkan tentang agama, maka kami memilih sebagai anggota pasif. Tapi kalau sekedar kegiatan sosial dan acara pertemuan, kami selalu hadir .
Misa diawali dengan prosesi mengelilngi gereja, sambil membawa potongan daun Palma di tangan masing masing, Tapi karena daun palma tidak mencukupi, karena umat yang hadir membludak, maka dilengkapi dengan semacam daun kemuning. Jadi tidak terlalu terpaku harus daun palma.
Kotbah Pastor Franciszk, yang dapat saya tangkap adalah mengenai memaknai arti Minggu Palma. Bahwa Minggu Palma, bukan semata mata, merupakan lambang kemenangan dengan melambaikan daun Palm, sambil bernyanyi, tetapi sekaligus sebagai Minggu sengsara.Â
Dalam perayaan ini dikenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh orang banyak dengan melambaikan daun palma dan berseru: "Hosana Putra Daud "
Ironisnya, sorak sorai pujian ini,justru sekaligus menandai ,awal dari kesengsaraan Yesus,s udah didepan mata. Masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem, seakan akan berjalan Yesus melangkah menuju ke bukit Golgotha. Karena itu, Minggu Palma selain dari diperingati sebagai hari Kemenangan dari kematian, sekaligus menandai Minggu Sengsara. Daun palem adalah simbol dari kemenangan.Â