Keterangan foto: menerima penghargaan dari Ketua Orda Sumbar Kol.TNI AD Jamaris Jamaan alm.
Tapi Menyaksikan Album Foto Tak Mampu Menahan Air MataÂ
Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, saya terlahir dari keluarga besar,yakni total 11 orang bersaudara dari satu ibu dan satu ayah. Tanpa malu malu,saya sebutkan,kami hidup dibawah garis kemiskinan. Ayah saya yang waktu itu sebagai Sopir Truk dan kemudian alih profesi sebagai Kusir Bendi, bekerja siang malam untuk mempertahankan kehidupan kami semuanya.
Ket.foto: kenangan terakhir makan bersama isteri pak Jamaris Jamaan ,yang kini sudah tiada /dokumentasi pribadi
Bagi saya pribadi,jatuh terluka ,sama sekali tidak ada apa apanya. Bahkan saat telapak kaki terinjak besi paku yang lengket di papan,sehingga menembus telapak kaki,saya cabut sendiri dan tidak menangis, Padahal waktu itu saya masih di SD , Telapak tangan sobek,kena sembilu akibat mencuri bambu tetangga untuk membuat layangan,juga saya tidak menangis. Belakangan semasa masih duduk di SMP  ,sewaktu berburu tupai di Lubuk Alung, saat melompati pagar bambu,celana saya tersangkut dan saya terjatuh persis dipagar bambu runcing  ,Paha saya tertembus bambu hingga sampai kebatas perut. Â
Keterangan foto: kenangan bersama Pak I Wayan Parnatha alm.di Papua
Teman saya Herman,yang ikut bersama,saat saya minta tolong mencabutkan bambu yang menancap di paha ,malahan muntah muntah dan pingsan. Orang kampung yang ada disana,mau menolong tapi tidak ada yang berani membantu mencabut bambu di tubuh saya. Akhirnya saya cabut sendiri. Sakit ? Ya iyalah,emannya saya kebal ? Tapi saya sama sekali tidak menangis.Â
Aneh, saat membuka album lama dan melihat foto foto yang ada disana,saya tidak mampu menahan jatuhnya gerimis dari mata saya.Padahal saya bukan tipe manusia cengeng ,yang dikit dikit nangis ,dikit dikit mengeluh .Â