Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolong Orang Hanya Untuk Pamer Diri

22 Februari 2023   20:17 Diperbarui: 23 Februari 2023   04:50 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan Berakibat Negatif Bagi Diri

Membantu meringankan beban hidup orang lain yang  membutuhkan, tentu saja sangat baik.

Tetapi ada juga  orang membantu orang hanya untuk mendapat sanjungan. Hal ini dapat memiliki efek negatif pada diri sendiri. 

Membantu orang lain untuk mendapat pengakuan atau sanjungan, motivasinya jelas salah arah . Motivasi yang seharusnya mendorong seseorang untuk membantu orang lain adalah karena empati dan keinginan untuk membantu meringankan beban hidup orang lain yang membutuhkan,berubah arah menjadi :"membantu orang hanya demi mendapatkan sanjungan sebagai orang baik." 

Hal ini berpotensi  menyebabkan stres dan kelelahan.  Tidak jarang kehidupan rumah tangga sendiri masih belum kokoh, tapi demi sanjungan, siap untuk mempertaruhkan keluarganya .

Meskipun mungkin ada kepuasan singkat dalam mendapatkan pengakuan atau sanjungan, perasaan tersebut  tidak bertahan lama. Orang tersebut mungkin merasa tidak puas atau terus mencari pengakuan dan sanjungan yang lebih besar.

Membantu orang lain demi mendapat sanjungan bagi diri , sesungguhnya telah menggerus makna dari kebaikan itu . Orang yang ditolong akan merasa bahwa seseorang tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan mereka, tetapi hanya mencari pengakuan untuk diri sendiri. 

Jadikanlah Prinsip "Giving is giving" sebagai Pedoman

Tindakan seseorang yang meninggalkan kepentingan keluarga dan berlagak sebagai bos yang dermawan dengan tujuan mendapatkan sanjungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

Kebutuhan akan pengakuan sosial: Seseorang mungkin merasa tidak diakui atau kurang dihargai oleh orang lain, sehingga ia mencari pengakuan atau sanjungan dengan cara menunjukkan kebaikan atau dermawan. Ini dapat memberikan kepuasan pribadi dan mengangkat posisi sosial mereka di mata orang lain.

Ketidakamanan diri: Orang yang merasa tidak percaya diri mungkin merasa perlu memperlihatkan kepada orang lain bahwa mereka mampu memberikan sesuatu, bahkan jika itu berarti meninggalkan kepentingan keluarga atau berbuat di luar kemampuan mereka.

Budaya prestasi:

Di masyarakat yang memiliki budaya prestasi tinggi, seseorang mungkin merasa perlu menunjukkan kesuksesan atau kemampuan finansial mereka dengan berlagak dermawan. Ini juga dapat menjadi cara untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi.

Kesulitan membedakan antara keinginan dan kewajiban

 Seseorang mungkin merasa bahwa memberikan uang atau  traktir adalah suatu kewajiban atau tanggung jawab yang harus dilakukan, meskipun pada kenyataannya mereka sebenarnya tidak mampu melakukannya. Ini dapat disebabkan oleh kebiasaan atau tekanan sosial yang kuat di sekitar mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa tindakan seperti ini tidak hanya berdampak negatif pada kepentingan keluarga, tetapi juga dapat merusak citra dan integritas seseorang di mata orang Lebih baik menjadi jujur tentang kemampuan dan keterbatasan kita dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain demi mendapatkan sanjungan semu.

Saya pernah menulis tentang hal ini, yakni seorang sahabat baik kami,rumah tangga nya ambruk, karena ingin mempertahankan image bahwa dirinya adalah seorang Boss.

Akhirnya dihari tua harus hidup dirumah kontrakan.

Semoga jadi pelajaran berharga bagi kita semuanya .

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun