Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memetik Pelajaran Berharga dari Kisah Fiksi Mengapa Tidak?

6 Februari 2023   09:00 Diperbarui: 6 Februari 2023   09:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup Adalah Proses Pembelajaran Diri Tanpa Akhir

Universitas yang terlengkap di dunia ini adalah Universitas Kehidupan. Mahagurunya adalah Alam Semesta (tjiptadinata effendi).Seandainya kita masih memiliki kerendahan hati dan tidak menempatkan diri sebagai sosok yang paling hebat,paling pintar dan paling baik,maka sesungguhnya kita bisa belajar dari siapa saja. Seperti quote: " Jangan melihat siapa yang berbicara,tapi dengarkanlah apa yang dikatakannya"

Walaupun yang berbicara pejabat setinggi langit ,bila yang disampaikan hanyalah hal hal yang dapat memecah belah kesatuan bangsa ,maka tinggalkanlah ,biarlah ia berbicara sendirian. 

Kembali Kejudul

Salah satu kisah dongeng yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah kisah yang konon berasal dari Thailand. Kog pakai kata :"konon?" Ya iyalah,walaupun sudah berkali kali ke Thailand,tapi saya sama sekali tidak mengerti bahasa Thailand. Saya hanya baca terjemahannya .

Tersebutlah , bahwa untuk pertama kalinya, seekor gajah didatangkan dari negeri seberang, Maka Maharaja ingin,bahwa para pembesar kerajaan tahu tahu lebih dulu tentang gajah ini. Maka diperintahkanlah mereka untuk malam itu juga ke lokasi dimana kedua gajah ini di kandangkan. Berhubung sangat gelap,maka para pembesar memerintahkan supaya segera dinyalakan obor.Tetapi pawang gajah melarang dan mengingatkan,bahwa gajah sangat sensitif. Kalau dikagetkn dengan nyala obor ,maka dikuatirkan mereka akan mengamuk dan tidak seorangpun dapat menahan,bila gajah mengamuk. Alasan ini masuk akal,maka para Pembesar Kerajaan membatalkan niat mereka untuk menyalakan obor.

Jalan satu satunya untuk mengetahui tentang gajah,adalah dengan meraba raba. Karena masing masing ingin menjadi orang nomer satu yang tahu tentang gajah,maka tanpa perasaan malu, para Pembesar Kerajaan ini berebutan untuk memegang gajah .Berhubung terhalang dengan balok balok kandang, maka para pejabat hanya dapat memegang bagian bagian dari tubuh gajah tersebut.
Yang seorang memegang kaki gajah dan berpikir :" Ternyata benar ,gajah itu besar,seperti tiang istana."

Pembesar yang lain,kebagian memegang gading gajah. Ia mengomel dalam hatinya:" Hm ternyata gajah itu tidak besar, hanya keras saja"
Pembesar ketiga, bersorak dalam hatinya :' Benar benar luar biasa,ternyata gajah itu seperti balon raksasa,karena ia dapat meraba perut gajah,
Pembesar keempat.menyumpah serapah dalam hatinya:" 'Bohong semuanya, apanya yang besar? Kan cuma segini? Katanya dalam hati,sambil memegang ekor sang gajah.

Mereka melaporkan kepada Maharaja ,pendapat mereka tentang gajah ,dengan bersumpah bahwa mereka mengatakan semuanya dengan jujur

Keesokan harinya

Esok hari ketika Sang Surya terbit dari belahan timur,seluruh rakyat sudah hadir di Alun alun.untuk menyaksikan bagaimana sesungguhnya hewan yang menghebohkan seantero negeri yang bernama GAJAH.Maharaja juga hadir disana dan ingin membuktikan,mana diantara Menterinya yang berkata  tentang kebenaran 

Maka Maharaja memerintahkan  untuk membawa keluar Gajah dari kandangnya. Begitu Gajah tampil di alun alun,semua orang terdiam. Dan seluruh Menteri Maharaja tertunduk malu,karena apa yang mereka sebutkan sebagai kebenaran,sehingga berani bersumpah,ternyata sama sekali tidak benar .

Mereka menyampaikan dengan jujur,tapi kejujuran belum tentu merupakan kebenaran

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun