Keterangan foto:Â
Asro Sikumbang Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat sedang berpose dengan salah seorang keponakan cucu kami dari marga Tjoa di Padang.Â
Foto kiriman dari Asro SikumbangÂ
Didukung oleh Semua Lapisan MasyarakatÂ
Sore ini tetiba ada masuk panggilan melalui Video Call. Biasanya ,kalau bukan dari anggota keluarga dan sahabat dekat,saya tidak pernah mau menerima panggilan lewat Video Call. Karena  saat diterima ,kita belum tentu dalam kondisi siap untuk ditampilkan. Bahkan boleh jadi baru bangun tidur.Â
Keterangan foto: Altar Kongsi Marga Tjoa/ kiriman dari Asro Sikumbang Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
Tapi sesaat melihat nomer yang muncul adalah nomer  keponakan kami Asro Sikumbang yang bertugas di Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat.maka video Call langsung saya terima. Disela bunyi genderang Barongsay ,terdengar suara As,begitu panggilan akbrabnya. :"Om dan tante, saat ini As lagi di Lokasi,meliput acara Cap Go Meh di Siti Nurbaya. Sabanta lai As kirimkan foto fotonyo. Hujan saketek,tapi acara taruih Om. " Begitu dialog singkat dengan Asro SikumbangÂ
Saya coba melacak di berita AntaraÂ
Menurut sumber berita , Pemerintah Sumatera Barat melalui Dinas Pariwisata Sumatera Barat menggandeng seluruh komunitas Tionghoa di Kota Padang dalam menyelenggarakan Festival Cap Go Meh yang merupakan puncak perayaan Imlek yang akan digelar pada 5 Februari 2023.Â
Festival kali ini merupakan yang terbesar dan termeriah ,sejak pandemi Festival Cap Go Meh merupakan rangkaian puncak dari Imlek yang dilaksanakan oleh komunitas Tionghoa dan ini yang coba dilestarikan nilai budaya  oleh komunitas Tionghoa yang didukung oleh Pemprov Sumbar dan Pemkot Padang.
 Festival ini akan melibatkan 3.000 peserta yang menjalankan peran masing-masing
Seluruh komunitas Tionghoa di Kota Padang terlibat mulai dari sembilan perkumpulan atau Ji Se hingga perkumpulan sosial Himpunan Bersatu Teguh (HBT), Himpunan Tjinta Teman (HTT) dan PSKP Santo Yusuf.
Semua atraksi hingga sipasan dari HBT dan HTT yang keluar secara serentak. Ini baru pertama kali terjadi,karena sebagai orang yang lahir dan di besarkan di Padang,serta dibesarkan sebagai salah seorang keturunan Tionghoa, setahu saya, belum pernah Barongsay HTT dan HBT sekaligus keluar.Â
Hal ini untuk menjaga ,agar jangan sampai terjadi tumpang tindih acara,yang berpotensi terjadi gesekan antara sesama pemain Barongsay. Tetapi tampaknya,kali ini sudah didiskusikan dan dipertimbangkan secara matang,sehigga semua atraksi sekaligus ditampilkan.
Arakan SIPASAN (Liong) Â diarak mulai dari Jembatan Siti Nurbaya hingga Kota Tua yang dilaksanakan pada Minggu (5/2). Selain itu ada penampilan naga dari Brimob Polda Sumbar, Fire Dance dari Bali, marching Band IPDN Baso hingga Reog Singo Budoyo dari Dharmasyara.
Festival kali ini dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi atraksi budaya nusantara tanpa menghilangkan tradisi yang dianut oleh orang Tionghoa. Hal yang setahu saya belum pernah terjadi di Padang.Kami tinggal di Padang,sejak lahir tahun 1943 hingga tahun 1990 baru pindah ke Jakarta.Baru kali ini mendapatkan informasi bahwa Festival Cap Go Meh kali ini ,sungguh luar biasa. Hal ini sekaligus menepis ,berbagai berita miring,tentang adannya penolakan dari sebagian elemen masyarakat,yang meminta agar Festival Cap Go Meh dibatalkan,
Ternyata,malahan menjadi Festival yang terbesar ,terlengkap dan termeriah yang pernah ada,karena didukung bukan hanya oleh Dinas Kebudayaan Provisi Sumatera Barat dan Walikota Padang,tetapi oleh semua elemen masyarakat termasuk yang non keturunan TionghoaÂ
Bravo Padang kota tercinta. Hidup Kerukunan seluruh warga Sumbar !
Catatan tambahan:
Semua foto kiriman dari Asro Sikumbang. Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
sumber  bacaan :https://sumbar.antaranews.com/berita/548709/festival-cap-go-meh-2023-satukan-komunitas-tinghoa-di-padang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H