Mitos atau Fakta?
Â
Apa yang dimaksudkan dengan rezeki ? Tentu saja setiap orang berhak memaknainya secara pribadi. Kalau menurut saya pribadi,yang namanya rezeki itu dapat berupa apa saja yang diberikan orang lain kepada saya ,termasuk undangan makan . Saya memiliki keyakinan bahwa ,filosofi :"Menolak rezeki,menutup pintu masuknya hoki" .
Karena itu,apapun yang diberikan ,akan saya terima dengan senang hati. Bukan karena nilai ekonominya,melainkan bagi saya merupakan sebuah penghargaan . Karena itu,walaupun hanya untuk minum secangkir kopi,kami dengan senang hati akan hadir kendati harus menempuh perjalanan lebi dari satu jam berkendaraan. Â
Kalau dihitung secara ekonomi, bukankah lebih baik,saya tolak undangan tersebut? Dirumah kami ada aneka ragam kopi hadiah dari anak mantu cucu dan sahabat kami,termasuk kopi luwak . Nah,tinggal nyalakan cerek electronic, 3 menit air mendidih dan secangkir kopi sudah akan siap dihidangkan isteri tercinta.Â
Bayangkan dari kediaman ,saya mengemudikan kendaraan sejauh lebih dari 100 kilometer,berapa bbm yang dihabiskan ? Harga bbm disini sekitar 2 dollar perliter. Belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan,hanya untuk secangkir kopi dan sepotong kue,yang nilai ekonominya tak lebih dari 15 dollars. Tetapi, seperti yang sudah pernah saya tuliskan,dalam urusan bisnis semua diperhitungkan secara mendetail. Tetapi dalam hubungan persahabatan dan kekeluargaan,Calculator disimpan dalam laci dan ilmu matematika tidak diaktifkan.
Kami Tidak Pernah Menolak Undangan
Baik diundang untuk hadir dalam acara formal di KJRI ,maupun acara dalam kemasan food festival di lapangan terbuka,kami selalu hadir. Karena itu,setiap ada acara kegiatan komunitas orang Indonesia,kami selalu diundang. Hal ini kami terapkan juga dalam hubungan persahabatan dan kekeluargaan. Selama lebih dari dua minggu berlibur ke Bali,sehari tiga kali kami hadir dalam undangan makan bersama.Â
Kami maknai,undangan makan adalah juga bagian dari rezeki. Menolak rezeki berarti menutup pintu masuk hoki. Hal ini kami aplikasikan sepanjang perjalanan hidup kami. Seperti  misalnya,kemarin  kami lagi lagi diundang makan malam oleh Sandra. Hanya restorannya yang berbeda Kali ini di Zen Japanese Restaurant . Dari kediaman kami sampai ke lokasi butuh waktu sekitar hampir satu jam berkendara,hingga tiba di lokasi. Tetapi semuanya ,kami lakukan dengan senang hati,karena bagi kami merupakan sebuah penghargaan.
Menolak PemberianÂ
Menolak pemberian,apapun alasannya,pasti akan menimbulkan rasa tidak enak pada yang memberi. Karena merasa pemberiannya sama sekali tidak dihargai. Â Silakan dikaji ulang ,"seandainya hal ini terjadi atas diri kita .Dengan niat baik ,kita berikan masakan kepada tetangga kita. Tapi ternyata ditolak dengan alasan :" Wah,nggak usah bu, dibawa pulang saja untuk anak anak dirumah ya.
Disini makanan banyak,melimpah limpah"Silakan membayangkan betapa ,terlukanya hati yang  memberi. Menerima pemberian, sama sekali tidak akan mengurangi apa yang sudah ada dalam diri kita. Begitu juga kami maknai arti dari sebuah undangan makan adalah merupakan sebuah bentuk pemberian dan sekaligus sebuah tanda kasih sayang sebagai sahabat,maupun sebagai anggota keluarga. Menolak hadir dalam undangan dapat dimaknai sebagai kurang menghargai orang yang mengundang.Â
Tapi hal ini hanyalah pendapat pribadi dan setiap orang berhak berbeda pendapat dengan diri kita
Dalam hal ini,kembali ke filosofi : Perlakukanlah orang lain,sebagaimana kita ingin diperlakukan
catatan : semua foto adalah dokumentasi pribadi,pada undangan makan malam kedua kalinya dari Sandra,yang kini sudah kembali ke Hongkong
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H