dokumentasi pribadiÂ
Perlu Self IntrospectionÂ
Selama sepuluh tahun ikut bergabung menulis di Kompasiana,ada begitu banyak pelajaran hidup yang dapat dipelajari dan dipetik hikmahnya. Kalau boleh dianalogikan, hubungan  persahabatan itu adalah ibarat air laut,yakni ada pasang surutnya. Terkadang ombak bercanda ria dan bersorak gembira hingga ketepi pantai. Tetapi ada kalanya pasang surut dan laut tenang tak bergelombang Hal ini dapat dijadikan kilas balik dalam  hubungan persahabatan di dunia tulis menulis, termasuk hubungan persahabatan antar sesama Penulis di Kompasiana.Â
Ada yang awalnya ,saling bertukar komentar yang sangat mengasyikkan, seakan akan :"tanpa anda ,dunia serasa sepi",tetapi selang beberapa waktu kemudian,perlahan lahan tapi pasti,hubungan ini tampak tidak mampu mempertahankan konsistensi saling menyapa lewat kolom komentar. Aksi menimbulkan reaksi. Menyurutnya, urusan saling bertegur sapa,mungkin akan sampai kepertanyaan >"Why? " Mengapa?"
Kalau dalam dunia muda mudi,dikenal istilan  :"mungkin sudah beralih kelain hati.?Ber haha hihi di kolom komentar sahabat Kompasiana yang lainnya dan dalam WAG,tapi tulisan kita hanya di sapa lewat satu "klik"  titik. Tentunya kita menjadi heran dan bertanya tanya :'Why?"
Nah,pertanyaan "mengapa ?" inilah yang harus disikapi secara arif dan bijaksana.Karena bila menuruti kata hati,mungkin langsung memvonis:' Wuiih ,sahabat apaan tuh? Tidak ada angin dan tidak ada hujan,apalagi turun salju,tapi kog hubungan persahabatan jadi dingin membeku?"
Kesalahan bukan pada orang lain,tapi pada diri sendiri
Daripada mencari cari kesalahan pada orang lain,alangkah eloknya melakukan instrospeksi diri,mengapa sahabat sesama Penulis yang dulu sangat akrab  bertegur sapa,kini seakan meninggalkan diri kita ?Setelah melakukan Self  Talk dan sekaligus interospeksi diri,maka saya mengambil hikmahnya,bahwa penyebab hangat dingin hubungan persahabatan di Kompasiana,penyebabnya adalah pada diri saya sendiri. Antara lain:
- Konsisten dalam menayangkan artikel,tapi tidak konsisten dalam berkunjungÂ
- Artikel yang saya published ,esensialnya "itu ke itu" juga,sehingga membosankan Pembaca
- Tulisan orang lain,lebih up todate dan sesuai zamanÂ
Terus Apakah Berarti Sebaiknya to say  goodbye to Kompasiana?
Kalau hanya karena alasan ini,saya langsung left dari Kompasiana,ini namanya orang tua yang kekanak kanakan,sikit sikit ngambeg dan kabur . Sebagai orang yang sudah kenyang meresapi pahit getirnya madu kehidupan dan merasakan bagaimana tidak dilihat sebelah mata,tentunya hal ini,saya jadikan pelajaran hidup. Bahwa :"Menulis artikel di Kompasiana,berbeda dengan menulis naskah buku" Dalam mempersiapkan naskah yang akan diterbitkan,kita hanya melakukan one way communication,lewat tulisan kita .Tetapi menulis di blog manapun,termasuk di Kompasiana,mutlak dibutuhkan blog walking.
Baca juga: Indahnya Persahabatan di KompasianaHukum tabur tuai,kontan berlaku disini. "Anda kunjungi saya,maka saya akan balas kunjungan anda. Anda sapa saya lewat,satu klik "menarik",maka andapun akan merasakannya. Tapi bila anda menyapa saya dengan ucapan selamat pagi,maka saya juga akan membalas dengan ucapan yang sama.Â