Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memetik Hikmah Dari Motivator Yang Bertumbangan

9 Desember 2022   20:13 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:36 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saudara saudara.sehat itu memang bukanlah segala galanya dalam hidup ini,tapi bilamana kita sudah kehilangan kesehatan,maka apapun yang dimiiki,tidak dapat lagi dinikmati ,benar nggak saudara saudara sekalian?!" Dan bagaikan paduan suara,para hadirin menjawab:'Benaaaar!" Tapi ternyata dibelakang hari,Sang Motivator dalam usia belum mencapai angka 60 tahun,sudah tidak mampu lagi berdiri dan berbicara tertatih tatih.

Contoh lain:

Selamat malam saudara saudara ! Kalau kita mengasihi seseorang,maka kasih itu hendaknya jangan pura pura .Benar nggak Saudara saudaraku semuanya!?" Benaaar pak!" Tetapi ternyata Sang Motivator tidak mampu membuktikan kasih yang tulus itu seperti apa,karena dalam kehidupan pribadinya,tidak tercerminkan akan hal tersebut 

Tetaplah Rendah Hati 

Saat kita berada di zaman keemasan, tetaplah rendah hati. Jangan overacting .Jangan lupa, bahwa semua orang tanpa kecuali,suatu waktu harus turun dari panggung .Karena itu,bilamana kita beruntung mampu meraih impian demi impian  hidup kita,maka  kita syukuri. Jangan sampai menyebabkan kita terlena,sehingga lupa mengaplikasikan dalam kehidupan pribadi kita . Dalam kata lain adalah menyamakan kata dengan perbuatan. Akibat merasa diri paling hebat.

Bila sudah merasa bahwa waktu untuk turun sudah datang,maka alangkah eloknya dengan berbesar hati kita melangkah turun dari panggung. Walaupun sebagai konsekuensi logisnya,tidak akan ada lagi tepuk tangan dan standing applaus bagi diri kita. Tidak akan ada lagi orang antrian,untuk minta tanda tangan kita. Daripada bersikukuh tidak mau turun,sehingga dipaksa orang lain untuk turun akan terasa sangat menyakitkan .Bila tiba waktunya,maka turunlah dari panggung kehidupan secara terhormat .Hal ini jauh lebih baik ketimbang dipaksa turun .

Dulu saya jadi narasumber dalam Acara Dialogue interactive di  berbagai stasiun televisi. Tapi setelah hampir duapluh tahun berkelana sekeliling Indonesia,saya merasa sudah waktunya turun panggung.

Sejak turun panggung,tidak ada lagi tepuk tangan untuk diri saya,tapi hingga kini orang tetap menerima kunjungan kami berdua,kemanapun kami pergi.Karena apa yang kami ajarkan kepada orang banyak,kami aplikasikan dalam kehidupan pribadi.

Hanya sebuah renungan jelang akhir pekan

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun