Dokumentasi pribadiÂ
Kelak Ketika Sadar Semuanya Sudah Terlambat
Merasa diri sudah hidup mapan? Kalau memang benar ,ya syukurlah. Tapi kalau masih numpang tinggal dirumah mertua atau dirumah kontrakan,berarti belum dapat dikategorikan "hidup sudah mapan" Â Mengapa ? Entah karena alasan apa,bisa saja suatu waktu ,mertua bilang :" Maaf ya ,rumah inii mau dijual " atau" Maaf ya rumah ini mau dikontrakan ,tolong bersiap siap untuk mencari tempat tinggal yang lain " Atau pemilik rumah kontrakan bilang :"Maaf ya pak, rumah mau kita jual dan tidak dikontrakan lagi."Â
Mencari rumah kontrakan yang sesuai dengan kondisi kita ,tidak semudah mencari rumah makan Padang. Bisa jadi ada rumah kontrakan yang terjangkau,tapi lokasinya ditepi sungai atau bertetangga dengan pemakaman umum.Gimana ? Masih mau ? Ada rumah kontrakan yang murah meriah,tapi kamar mandi dan toiletnya,joint dengan sesama pengontrak lainnya. Atau ada juga rumah kontrakan yang terjangkau,dengan kamar mandi 'open house" yakni hanya terbuat dari seng bekas ala kadarnya.
Kesimpulannya,walaupun sudah punya motor atau kendaraan roda empat,tapi belum punya rumah sendiri,maka janganlah buru buru "memproklamirkan bahwa hidup sudah mapan" Bila hal ini dibiarkan maka secara tanpa sadar kita telah menjerumuskan diri sendiriÂ
Persiapkanlah Diri Dengan Sebaik baiknya
Tulisan ini tak hendak kepo mengurusi urusan orang lain .Apalagi sampai niat membanggakan pencapaian diri sendiri. Melainkan untuk berbagi pengalaman pribadi,dalam upaya mempersiapkan masa pensiun yang mantap. Di Jakarta,sengaja satu unit Apartement di Mediteranean Boulevard Apartement tidak kami jual,walaupun berarti setiap bulan harus membayar maintenance fee yang cukup besar. Tujuannya adalah sebagai cadangan.bilamana sewaktu waktu diperlukan,kami masih punya rumah sendiri,walaupun ukuran kecil.lumyawan untuk kami berdua
Financial and Time Freedom
Mencapai kondisi financial freedom,tentu saja suatu hal yang patut disyukuri. Artinya,ada passive income yang mensupport biaya kebutuhan hidup setiap bulan. Mengenai uang belanja dari anak anak ,adalah bonus.,untuk kami belanjakan dan sekaligus untuk biaya travellling.Â
Tetapi financial freedom,saja tidak cukup,harus dilengkapi dengan time freedom ,seperti yang sudah pernah saya tuliskan.Kami dengan bebas dapat menjadwalkan perjalanan kami kemana ,kapan dan berapa jauh ? Karena sudah tidak lagi terikat pada pekerjaan. Karena itu,perlu diwaspadai agar jangan sampai terlena di "zona kenyamanan dan keamanan semu". Sehingga sudah tidak lagi mau bekerja keras,karena merasa hidup sudah mapan. Â Kelak bila terjadi sesuatu dan diminta untuk mengosongkan rumah oleh pemiliknya,baru sadar. Tapi pada waktu itu,sudah terlambat untuk dapat mengubah gaya hidup.
Seperti biasa,tulisan ini sama sekali bukanlah ingin pamer pencapaian,bahwa kami sudah meraih tingkat hidup :"financial freedom dan time freedom." melainkan semata mata untuk mengingatkan generasi mudaÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H