Saat Saya Pindah Mengajar, Murid murid MenangisÂ
Setelah mengajar selama tiga tahun di SD, saya ditugaskan oleh yayasan untuk mengajar di SMP Pius, masih dalam lingkungan Yayasan Prayoga di Padang. Ketika saya sampaikan kepada murid murid, mereka menangis dan memeluk saya. Tak ubahnya bagaikan anak anak mengantarkan ayahnya berangkat.Â
Hingga kini, 55 tahun sudah berlalu dan murid murid SD yang dulu berusia belasan tahun kini rata rata sudah berusia 65 dan 66 tahun, tapi setiap kali ada kesempatan pulang kampung, ternyata mereka datang untuk makan bersama kami berdua. Bahkan saya tidak diisinkan untuk membayar tagihan makanan.Â
Ada yang memberikan saya baju batik yang mahal bahkan angpau  dalam nilai yang besar.Hal ini menghadirkan rasa haru dalam diri saya,bukan karena dapat hadiah dan angpau,tetapi mendapatkan kasih sayang dari mantan murid murid saya lebih dari setengah abad yang lalu.
Bahkan salah seorang yang kini jadi pengusaha sukses mengajak kami berdua jalan jalan ke Bukittinggi dan bilang "Bapak ibu, untuk menginap di Bukittinggi dan jalan jalan di Sumatera Barat semua biaya saya yang tanggung jawab."Â
Yang lain mengatakan "Kalau urusan makan bersama di Jakarta, saya yang bertanggung jawab."Â
Mendapatkan kasih sayang yang begitu besar,sungguh menghadirkan rasa haru dan bahagia dalam diri kami berdua.
Agar disayangi murid murid hingga kita menua, maka sayangilah mereka seperti menyayangi anak anak kita sendiri. Disiplin perlu diterapkan,tapi jangan lupa dijiwai dengan kasih sayang. Murid murid di kelas saya,lulus seratus persen .
Kalau kita hanya terpancang pada disiplin kaku, kelak begitu mereka lulus jangankan menyapa, menengok kita saja mereka enggan.Â
Esensialnya "Bila ingin disayangi murid murid hingga kelak kita menua, maka didiklah mereka dengan penuh kasih sayang" Â Saya sudah membuktikannya.