Dapat Menyebabkan Orang Lupa Akan Keluarga
Setiap orang tentu saja berhak memiliki kebanggaan atas dirinya sendiri. Entah karena kesuksesannya,entah karena kepintaran ataupun kekayaan yang dimilikinya. Boleh jadi juga ,dirinya hanyalah sosok orang biasa ,yang tidak punya titel untuk dibanggakan,serta tidak memiliki harta benda,yang dapat mendongkrak kebanggaan dirinya, tetapi tetap ada cara untuk memiliki kebanggaan diri.
Sebagai contoh. Seorang Penjual  nasi Padang di warung bawah tenda di bilangan Kemayoran ,dimana  dulu kami tinggal ,kebetulan sama sama berasal dari Padang.Â
Tidak ada yang istimewa dari warungnya. Tapi Ajo yang berasal dari Pariaman di Sumatera Barat dengan nada bangga menceritakan,bahwa walaupun hanya buka warung bawah tenda ,yang dikelola berdua bersama isterinya.tapi ia mampu menyekolahkan kedua anaknya di perguruan tinggi .
"Alhamdulilah ,kaduo anak kami mampu kami sekolahkan hingga ke perguruan tinggi, walaupun kami hanya buka warung nasi, seperti ini" kata Adjo,sewaktu suatu waktu kami snggah beli nasi bungkus di warung bawah tendanya. Inilah salah satu kebanggaan yang patut diapresiasi.Â
Beda Total Dengan Orang Yang Mabuk Mengglorifikasi Diri
Sore tadi saya dapat pesan via WA dari salah seorang cucu sahabat baik kami yang tinggal di Jakarta. "Selamat malam Opa dan Oma. Mohon maaf Leni(bukan nama sebenarnya ) mau minta tolong Opa nasihatkan suami Leni.Â
Belakangan ini,sejak dari buka mata hingga larut malam,sibuk di medsos,sehingga melupakan bahwa kami anak isterinya butuh uang untuk biaaya hidup. Padahal sejak suami di PHK,keuangan keluarga kami morat marit. Satu persatu perhiasan pemberian orang tua,sudah saya jual.untuk bayar uang sekolah anak anak dan biaya hidup kami.
Kata suami,ia lagi berusaha untuk jualan secara online. Tapi sudah berbulan bulan ,tak pernah serupiahpun singgah untuk belanja dapur. Leni sudah bicarakan secara baik baik,tapi suami malah menjadi berang :"Kamu tidak bisa lihat suami senang ya !"
"Opa dan Oma kan kenal baik dengan keluarga suami ,termasuk dengan suami Leni. Mohon Opa dan Oma tolong kasih nasihat suami Leni. Ia sangat bangga ,hanya karena menjadi Admin dari WAG dan mendapatkan sanjungan dari teman teman chatting.
Setiap hari,segala macam postingan diurus.sedangkan untuk kami anak isterinya,sama sekali tidak punya waktu. Bahkan saat Leni siapkan makan siang di meja makan,suami Leni membawa masuk ke kamar dan makan sambil asyik bermedsos ria. .Tolonglah Leni ya Opa dan Oma"pesan Leni lewat chatting di What;s App"
Saya hanya bisa terdiam. Walaupun saya kenal baik dengan keluarga suami Leni,tapi bukan berarti bisa secara serampangan memberikan nasihat begini begitu,karena ia sudah dewasa. Â
Untuk menjawab:"Aduh Opa tidak mau ikut campur" rasanya enggak tega banget.Karena itu.saya tutup chatting kami dan bilang :" Baiklah Leni,Opa dan Oma coba berunding ,gimana cara menyampaikan kepada suami Leni,agar jangan sampai ia tersinggung "
Tidak ada nasi tidak masalah, yang penting aksi.
 Kalau dikampung halaman saya disebut:"Rancak dilabuah" yang dapat disematkan kepada seseorang yang berlagak seakan akan orang kaya. Traktir sana, traktir sini, padahal anak isteri belum makan dirumah . Hal ini diakibatkan orang terhanyut dalam menggelorifikasi pencapaian semu dan kebanggaan dirinya.
Orang tidak hanya bisa mabuk karena mereguk tuak ataupun alkohol. Orang juga bisa masuk karena sanjungan . Walaupun penyebab mabuk berbeda,tapi akibatnya sama,yakni :"orang kehilangan  kontrol diri dan lupa akan kewajibannya"Â
Renungan kecil di akhir pekan
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H