Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Beda Bertetangga di Indonesia dan Australia?

16 Oktober 2022   07:12 Diperbarui: 16 Oktober 2022   07:22 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/pertemuan antar tetanggga di Burns Beach.Western Australia

Menjadi Cultural Shock Bagi Yang Pertama Kali Alami

Sebagai orang Indonesia, kita semuanya sudah tahu, bahwa sudah berani mengambil keputusan untuk mengundang tetangga makan bersama di rumah kita, maka sebagai konsekuensi logisnya, dana sudah harus dipersiapkan. Kalau ada di antara tetanggga yang datang sambil membawa  kue kue atau minuman, hal tersebut merupakan sesuatu yang diluar konteks undangan.

Kalau dalam arisan ibu ibu,maka saling membawa makanan dari rumah masing masing,dimaksudkan agar jangan sampai membebani nyonya rumah,yang   belum tentu keuangannya memungkinkan untuk hal tersebut.Tetapi bila namanya undangan,maka yang mengundang,sudah harus menakar pengeluaran uangnya  terlebih dulu. Bagi yang kondisi ekonomi sudah mapan,dapat menyediakan masakan yang mungkin dipesan dari restoran beken,tapi bagi yang ekonomi pas pasan,tidak ada salahnya menantikan tamu dengan pecel lele atau gado gado.  Yang penting,mengundang tetangga,konsekuensi logisnya adalah menyediakan makanan dan minuman,sesuai dengan tebal tipisnya kartu ATM ee maksudnya tebal tipis isi dompetnya.

Kembali Ke judul

undangan Street Party antar tetangga /dokumentasi pribadi
undangan Street Party antar tetangga /dokumentasi pribadi

Bagi orang Indonesia,yang untuk pertama kali dapat undangan Street Party,seperti gambar diatas,mungkin merupakan Cultural Shock perdana. Gila banget, masa iya kita diundang, terus disuruh bawa :

  • kursi
  • makanan
  • minuman 

"Enakan makan santai dirumah saja ah,ketimbang harus angkat kursi dan makanan kerumah tetangga," Tapi bila kita tidak lagi mabuk dan sadar diri,jangan lupa,lain padang lain belalangnya. Lain negeri,lain pula tradisinya . Dimana bumi dipijak,disana langit dijunjung, Kalau memang mampu menjunjung langit. 

Nah,datanglah kami berdua,dengan membawa 2 kursi lipat dan nasi goreng  made in isteri sendiri. Jalan kaki? Ya iyalah jalan kaki,karena rumah tetangga jaraknya sejauh 52 langkah dari rumah kami di Burns Beach. Disambut hangat oleh Sheilla dan suaminya. Kami mengambil tempat duduk dengan menggunakan kursi yang kami bawa dari rumah.  Sedangkan nasi goreng diserahkan oleh isteri saya ke Sheilla

Makan Sambil Ngobrol

Apa saja cerita antar warga di Australia?  Ada hal hal yang tabu dibicarakan ,antara lain,jangan tanya :

agama 

apa pekerjaaannya

gajinya berapa

rumah kontrak atau punya sendiri

mobilnya sudah lunas atau kredit

Terus mau cerita apa?  Cerita tentang hobi atau tentang cuaca atau tentang masakan .Pokoknya jangan nanya nanya urusan pribadi,yang bagi kita di Indonesia adalah hal yang biasa

Nasi Goreng Laris Manis

Ternyata nasi goreng made in isteri saya paling laris. Tapi karena dibawa satu panci besar ,maka masih ada yang tersisa. Kata Sheila,kepada isteri saya,boleh nggak yang sisanya untuk suaminya yang belum kebagian,karena sejak awal sibuk mempersiapkan tempat untuk tamu. Tentu saja dengan senang hati isteri saya bilang :"boleh,silakan Sheilla"

Antar tetangga disini,dengan senang hati akan mau menolong kapan saja dibutuhkan,tapi pinjam meminjam ,apapun bentuknya adalah tabu disini.Baik pinjam perkakas ,pinjam cangkul ,apalagi pinjam uang,jangan pernah dilakukan. Kalau tolong menolong :" Yes," mereka dengan senang hati mau menolong,bahkan mau bantu angkat barang,

Begitulah hidup ini,harus mampu sadar diri ,bahwa kita hidup dalam masyarakat yang multicultural .Jadi jangan terpancang,pada kemauan diri semata,tapi mau membuka hati untuk menerima kenyataan,bahwa setiap orang berhak berbeda dengan diri kita

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun