Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mental Rapuh Gampang Diobok-obok Orang

12 Oktober 2022   19:29 Diperbarui: 12 Oktober 2022   19:35 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pentingnya Melatih Anak Memiliki Sikap Mental  Yang Kuat

Kita semua sudah pernah mendengarkan atau membaca quote "Bukan titel yang mengantarkan seseorang meraih sukses, tapi sikap mentalnya".

Buktinya dapat kita saksikan disekeliling kita, betapa banyak Sarjana yang menganggur. Penyebab utama adalah sikap mental yang rapuh yang ditandai dengan:

  • mudah menyerah
  • tidak konsisten  pada tujuan awal
  • begitu terbentur, terus patah semangat

Karena itu mutlak diperlukan peran orang tua dalam membimbing anak anak sedini mungkin. Setiap orang tua pasti menyayangi anak anaknya. Tapi memanjakan anak anak secara overdosis justru menjerumuskan anak menjadi "anak mami" Yang tidak mampu menghadapi masalah, betapapun kecilnya. Gamang menghadapi hidup yang keras dan penuh lika liku tipu muslihat. Hidup itu terkadang tidak mengenal belas kasih. Karena itu anak anak mutlak harus dilatih agar memiliki mental baja.

Peran orang tua tidak cukup sekedar sudah menyekolahkan putra putrinya. Sekolah itu penting karena disana anak anak kita diberikan kesempatan untuk menimba ilmu pengetahuan. 

Sejak dari hari pertama menginjakkan kaki diruang kelas mereka diajarkan bagaimana tulis menulis dan membaca. Seiring berlalunya tahun demi tahun, maka kelak anak anak kita akan dapat menimba berbagai ilmu disekolah sesuai dengan kelasnya. 

Tetapi sebagai orang tua atau calon orang tua, jangan lupa, bahwa sehebat apapun sebuah sekolah, namun bukan berarti segala galanya dalam mempersiapkan anak anak kita menghadapi masa depannya. 

Disekolah mereka hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tapi dirumah sebagai orang tua kita wajib mewariskan kepada putra putri kita ilmu kehidupan. Yang tak akan pernah mereka dapatkan disekolah manapun. 

Putra pertama kami pada usia 17 tahun mengurus sendiri pendaftarannya ke California State University Dan kemudian untuk pertama kalinya terbang ke Amerika seorang diri. Mencari sendiri tempat kostnya dan lulus dalam usia belum genap 21 tahun sebagai Master of Computer Science dengan predicate "magna cumlaude" 

Begitu juga putra kedua kami terbang sendirian ke Sacamento tanpa kami antarkan, Putri bungsu kami terbang ke Michican dalam usia 16 tahun . Karena sejak dari kecil mereka sudah kami didik agar mampu hidup mandiri yakni dengan melatih sikap mental sejak dini

Sebelum Mereka Tinggal Landas Persiapkan Sikap Mental Anak Anak Kita

Sebelum mereka lepas landas dan memiliki keluarga sendiri, amat penting mereka dipersiapkan untuk memiliki sikap mental yang positif dan pantang menyerah. Untuk memahami bahwa :

hidup itu tidak selalu seindah kisah sinetron

membuka pikiran dan hati dalam memaknai hidup dalam keberagaman

ada kalanya hidup itu keras dan menakutkan

jangan pernah menyerah pada keadaan

Hindari Iming Iming Anak Dengan Harta

Sejak dari SMP kami senantiasa mengingatkan putra putri kami bahwa tidak ada warisan yang akan kami tinggalkan. Tugas kami sebagai orang tua adalah mendidik dan memberikan mereka kesempatan yang sama untuk belajar. Mempersiapkan mereka agar bila tiba waktunya, mereka sudah harus mampu mandiri. Tak sekali jua kami iming iming mereka dengan harta, kendati pada waktu itu kami masih sebagai pengusaha.

Anak anak kami kuliah sambil berkerja. Kami mengirimkan uang secukupnya dan tidak pernah membelikan mereka mobil. Kendaraan yang kelak mereka miliki ketika kuliah diluar negeri adalah hasil jerih payah mereka masing masing. 

Mungkin kedengarannya sepertinya kami sangat keras kepada anak anak, tapi justru kalau terlalu memanjakan anak anak tanpa sadar kita menjerumuskan mereka. Jangan lupa betapa hebat dan banyaknya uang simpanan kita, suatu waktu anak anak kita akan menjadi dirinya sendiri.

Jadikan Anak Duplikasi Diri Kita? No, way 

Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan para orang tua adalah ingin menjadikan anak anak mereka duplikasi dirinya. Kalau ia dokter, maka anak anak harus jadi dokter. Kalau ayahnya pengusaha, maka anak anak harus jadi pengusaha. Hal inilah yang senantiasa kami jaga. 

Makanya dari dua putra dan satu putri kami, tak satupun yang melanjutkan usaha kami dibidang ekspor kopi dan cassia. 

Antarkan untuk menjadi diri mereka sendiri, bukan menjadi foto copy diri kita

Hanya sebuah masukan, semoga ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun