Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merangkak dari Titik Nadir Kehidupan (Habis Gelap Terbitlah Terang)

6 Oktober 2022   20:52 Diperbarui: 15 Oktober 2022   18:14 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tujuh tahun menjalani hidup dalam penderitaan lahir dan batin, akhirnya badai kehidupan itupun berlalu. Seperti quote :"Habis gelap terbitlah terang" . Andre telah menemukan titik balik dalam kehidupannya. Bagaikan mimpi,awan gelap dan badai kehidupan ,bagaikan tersapu oleh sinar mentari.  Kini Andre bukan lagi seorang Tukang Parut kelapa di pasar ,tapi isterinya masih mengajar . Putera mereka kini sudah pulih . Sandal jepit yang dulu putus dan disambung dengan peniti,serta selimut lusuh ,semua sudah dibuang ketempat sampah . 

Kini Andre tidak perlu lagi setiap minggu ke luar daerah untuk berjalan dari satu kampung ke kampung lainnya,dalam usaha mengumpulkan biji kopi yang dbeli dari para petani. Karena sudah ada pedagang pengumpul dari kampung yang datang membawa biji kopi dalam jumlah berkarung karung  kepada Andre.  Andre tiga beranak sudah tidak lagi tinggal di pasar kumuh,karena sudah kontrak rumah yang bersih dan sekaligus sebagai tempat usaha. 

Setiap malam ,mereka menghitung keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan biji kopi kepada sahabatnya Samsuar. Bagaikan mimpi rasanya bagi mereka. Karena selama bertahun tahun,hanya menghitung uang recehan dari hasil kerja menjual kelapa parut,paling  banyak penghasilan mereka sehari hanya beberapa puluh rupiah . Tapi kini keuntungan yang dihitung dari keuntungan penjualan kopi ,sangat fanfastis,yakni ribuan rupiah !

Impian Jadi Kenyataan

Setelah hampir satu tahun ,bekerja membeli  biji kopi dari  pedagang pengumpul,yang dalam seminggu sudah mencapai puluhan karung .Yang bila di hitung ,sudah mencapai total 2 hingga 3 ton biji kopi dalam seminggu. Bahkan kini dari Kerinci juga sudah ada pelanggannya. Setiap pelanggan yang datang selalu dilayani dengan sangat baik,disediakan kopi dan kue ringan. Bagi orang kampung,hal ini sungguh merupakan sebuah kehormatan yang menyebabkan terjadinya hubungan baik antara Andre dan para pelanggan, Bahkan di kala hari Raya Idul Fitri,Andre membawa anak isterinya untuk berkunjung ke kampung kampung dna menginap disana. Yang mendapatkan sambutan hangar dari keluarga pelanggannya.

Kalau dulu ,hampir setiap air pasang naik,gubuknya kebanjiran,kini Andre kebanjiran rejeki. Hidupnya sekeluarga berubah bagaikan siang malam. Tapi Andre tidak menjadi lupa diri. Ia membeli Mobil tahun 57 dengan harga 500 ribu rupiah pada waktu itu. Andre tidak peduli,ada mengatakan bahwa kendaraan Plythmouth tahun 57,sudah patut masuk ke Museum. Baginya dengan kendaraan ini,ia sudah dapat membawa keluarganya, setiap hari minggu ke luar kota  Dan tentu saja tidak lupa membawa ibunya dan ibu mertuanya,jalan jalan ke Danau Singkarak,di Sumatera Barat.

Undangan Pernikahan Mulai Berdatangan

Tujuh tahun,tanpa satupun undangan pernikahan singgah di gubuk Andre.Karena orang tahu,kalau undang Andre,hanya akan merusak acara mereka,karena kondisi Andre yang tidak mampu beli pakaian layak ke pesta. 

Tapi kini,undangan mulai berdatangan. Kalau dulu,uangnya kurang 5 rupiah,untu beli susu anak,tidak dibolehkan oleh yang empunya toko,walaupun sesungguhnya masih ada hubungan kekeluargaan, Tapi kni,Pemilik toko bilang :"Bawa saja dulu ,kapan kapan kesini saya bayar" Wuih,alangkah indahnya jadi orang kaya. 

Sejak sudah memiliki kendaraan pribadi,walaupun kendaraan kuno,Andre sudah dapat menikmati hidup bersama anak dan isteri tercinta. Setiap hari Minggu,selesai ibadah,Andre mengemudikan kendaraan menuju ke Padang Panjang .Makan Sate di Sate Mak Syukur dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi dan berhenti makan siang di Panorama. Selangkah demi selangkah,impian untuk mengubah nasib menjadi kenyataan,  Hal ini sungguh melambungkan rasa syukur mereka kepada Tuhan,yang telah membukakan jalan  bagi Andre untuk mengubah nasib. 

Ditawarkan Jadi Eksportir

Suatu sore, saat Andre sedang berada di kantor Samsuar di jalan Diponegoro,tetiba Samsuar bilang :"Andre,mau nggak jadi Eksportir?" 

Bagaikan tidak percaya akan apa yang didengarkan,maka Andre bilang :"Maaf Samsuar,kurang terdengar dengan jelas"

Dan Samsuar sambil tersenyum bilang "Begini,saya melihat Andre sungguh serius dan jujur dalam berbisnis.  Bagaimana kalau hasil biji kopi yang dikumpulkan,titip Ekspor dengan perusahan saya ? Nanti semua keuntungan saya kasihkan ke Andre. Sementara itu Andre siapakan surat surat pendirian perusahaan ,agar segera dapat ekspor atas nama perusahaan sendiri"

Serasa melambung rasanya Andre mendapatkan tawaran yang begitu indah didengarnya. Impiannya kini sudah didepan mata dan selangkah lagi akan jadi kenyataan ...(bersambung_

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun