Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips untuk Mewujudkan Impian Jadi Kenyataan

21 Juli 2022   19:04 Diperbarui: 21 Juli 2022   19:32 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Evi dari mulai pedagang kaki lima, kini sudah memilik kios di Pasar Tanah Abang/Dokpri

Agar Jangan Sampai  Jadi Mimpi Abadi

Pernahkan para sahabat Kompasianers mendengarkan peribahasa :"Beranilah bermimpi besar,karena impianlah yang membuat manusia menjadi besar ?" Saya yakin,bukan hanya sebatas mendengarkan,tapi malahan sebagian dari kita sudah mengucapkannya berkali kali. Baik dalam upaya memotivasi diri sendiri,maupun untuk memotivasi orang lain. 

Tetapi ,slogan akan tetap tinggal slogan ,bila tidak ada tindakan nyata untuk menjadikan impian kita menjadi kenyataan. Sebagai contoh,tengok saya slogan yang ditulis dengan huruf mencolok:" Jagalah kebersihan bersama,karena kebersihan adalah bagian dari iman" Tapi karena tidak disertai dengan ,tindakan nyata,maka slogan tersebut tak lebih hanya sebatas dekorasi jalanan .

Nah,begitulah juga dengan impian yang hanya sebatas diucapkan,tapi tidak disertai dengan langkah langkah nyata.

Kalau kembali mengulangi cuplikan pengalaman pribadi,rasanya akan menyebabkan yang membaca menjadi jenuh,karena sudah pernah dituliskan. Oleh karena itu,mari kita saksikan, bagaimana pedagang kaki lima,yang bukan hanya berani bermimpi besar,tapi berani melangkah untuk mewujudkan impiannya. 

Salah seorang yang saya ingat adalah  Evi,sesama orang asal Padang,yang dulunya hanyalah salah seorang dari Pedagang kaki lima di Kemayoran ,dimana kami dulu bertempat tinggal. Bila sore tiba,maka ruas jalan dijadikan Pasar malam,puluhan pedagang ,baik pedagang pakaian,maupun pedagang makanan,sudah mulai memasang tenda untuk bersiap siap memajang barang dagangannya. 

Evi hanyalah salah seorang diantara puluhan orang lainnya. Kami kenal Evi,karena kebetulan sama sama berasal dari Padang, Dan isteri saya berbelanja daster untuk pakaian tidur.

Dokpri
Dokpri

Impian Punya Kios di Pasar Tanah Abang

Bagi pedagang kaki lima yang hanya bermodalkan ratusan ribu rupiah,impian untuk memiliki Kios di Pasar Tanah Abang adalah sebuah impian yang besar. 

Menurut Evi,dirinya bersama suaminya,sama sama membuka tenda untuk jualan. 

Dan barang dagangan mereka sama,yakni aneka ragam pakaian,yang murah meriah .

Karena para calon pembeli yang mau berbelanja di tenda tenda Pasar Malam biasanya hanya mampu berbelanja dengan uang puluhan ribu rupiah .

Menurut Evi:

tidak perlu gengsian 

tekun dan tabah serta ramah terhadap semua calon pembeli

bertekad untuk kerja keras ,sejak sore hingga jelang tengah malam

rajin menabung dan menghindari membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak mutlak dibutuhkan

Berkat kerja keras dan satu hati ,Evi bersama suaminya,sejak  beberapa tahun lalu,sudah memiliki Kios di Pasar Tanah Abang. Mereka buka kios sejak dari  mulai pagi hingga malam. 

Dan bila merasa lelah atau ngantuk,salah satu akan mengantikan. 

Karena di balik tirai di Kiosnya ada sepotong ruang untuk beristirahat.Bahkan kini mereka sudah punya motor sendiri,walaupun motor bekas. 

"Alhamdulilah Om dan tante, awak kini ala mangaleh di Pasar Tanah Abang..Tarimo kasih dukungan moralnya untuak kami"

Evi dan suaminya,sangat senang setiap kali kami berbelanja ke kiosnya,karena isteri saya borong baju batik, setidaknya dua lusin,untuk dibagikan kepada teman teman kami orang Australia Bagi mereka ,selembar baju batik yang harganya Rp.100 ribu rupiah,sungguh sangat berharga. 

Kalau dengan nilai uang seratus ribu rupiah,di Australia hanya dapat secangkir kopi.

Kami juga senang,karena dengan berbelanja,kepada orang sekampung kami,maka setidaknya,kami ikut membantu mereka untuk mewujudkan impian demi impiannya. 

Dari mulai impian punya kios ,punya sepeda motor dan membiayai anak anak mereka untuk kuliah .

Kami berdua sudah membuktikan,dari Penjual kelapa di Pasar Tanah Kongsi,akhirnya kami menjadi Pengusaha /Eksportir biji Kopi dan Kulit Manis. Hal yang menurut logika dan matematika adalah mustahil.tapi bagi Tuhan tiada yang mustahil. 

Prinsipnya adalah :"Dare to dream, believe it dan do your best . Let's God do the rest" 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun