Membaca judul diatas,jangan langsung pemikiran melayang terlalu jauh,karena tidak ada hubungannya dengan godaan,kaya cinta jalanan. Judul sengaja ditulis agak mirlng,agar banyak yang mau baca. Hal ini berdasarkan  private researching tentang public phsycology ,yang menyimpulkan,bahwa banyak orang yang tertarik membaca judul yang berbau miring.
Walaupun sudah sering sama sama kita dengar,bahkan boleh jadi  telah mberikan petata petitih dengan mengunakan kalimat :"Don't jugde the book  by its cover" Jangan menilai sebuah buku berdasarkan judulnya . Tetapi dalam praktiknya ,memang banyak orang yang tertarik membaca,bila judul ditulis dalam bahasa menyerempet nyerempet.Â
Kembali ke Judul
Kalau kakek kakek bercerita,ya seperti inilah. Kesana kemari bercerita,padahal inti tulisan adalah untuk membanggakan diri sendiri. Bahwa orang tua itu  memiliki kelebihan ,yang tidak dimiliki oleh orang muda. Yakni  bahwa :"Orang tua sudah pernah muda,tapi orang muda belum pernah merasakan menjadi tua."  This is the fact,not my opinion .Â
Begitu juga dalam dunia tulis menulis,yang menulis lebih dulu,pasti lebih banyak mengalami suka duka ,selama menulis ,termasuk di Rumah Kita Bersama yang bernama Kompasiana ini
Yang dimaksudkan dengan godaan adalah :
merasa tulisan tidak dihargai
merasa  sudah susah payah menulis bertahun tahun,dapat apa?
sudah berusaha menerapkan :"one day one article" tapi peringkat kog nggak naik?
sudah susah payah menulis,ee di hapus oleh Admin ,karena melanggar ketentuanÂ
Ketentuan yang mana,fasal berapa dan ayat mana ?
tulisan orang lain ,hanya abcd ee Hael,padahal tulisan yang ditulis berdarah darah,tidak dapat label
sudah terlanjur berjanji mau traktir isteri makan bakso dari K Reward,ee ternyata nihilÂ
K reward tidak cukup untuk bayar internet , untuk apa masih terus menulis ?Â
sudah bergadang demi bela belain Kompasiana, eee orang lain yang dapat HadiahÂ
silakan dilanjutkan ngomelnya hingga tuntas .
Kiat Mengatasi Godaan'
Kembali ke niat awal menulis
bahwa kita menulis demi kebutuhan jiwa
menulis untuk melawan pikun
menulis untuk dijadikan warisan anak cucu
menulis merupakan jembatan persahabatan
menulis mencegah terjadinya penuaan dini
menulis menjadikan orang betah dirumah
menulis,membantu agar jangan usil urusan tetanggaÂ
menulis membangun prasasti diriÂ
menulis itu menjadi jati diriÂ
Nah,dengan kembali ke niat awal kita menulis,maka seluruh godaan dapat ditepis,sehingga kita mampu menulis secara konsisten dan persistensi. Â
Bulan Oktober mendatang,saya genap sepuluh tahun di  Kompasiana dan telah menulis 6.456 artikel dengan keterbacaan 6 juta Konon,menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, Tjiptadinata Effendi adalah orang pertama yang mendapatkan kehormatan menduduki kursi Maestro .Â
Masa iya para Penulis Mileneal kalah dari Penulis old crack semacam saya ?
Karena itu,selama mata masih bisa membaca dan jari tangan masih bisa mengetik,serta pikiran tidak pikun,teruslah menulis. Ukirlah prasasti diri ,sebagai Maestro di Kompasiana. Keren nggak teman teman ? Â
catatan tambahan: artikel ini ditulis,dalam upaya promosi diri secara terselubung . Mohon maaf lahir bathin.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H