Foto Adalah Bukti Yang Mendukung Artikel Kita
Walaupun bukan ahli dibidang potret memotret,tetapi sebagai orang awam,kita tahu  mana foto hasil editing dan mana foto yang asli. Setiap orang bisa bercerita tentang apa saja. Bila tulisan termasuk dalam kategori fiksiana,tentu saja tidak ada masalah sama sekali dan tidak akan ada orang yang akan mempertanyakan kebenaran atau keabsahan dari tulisan kita.Â
Karena dalam dunia fiksi,orang bebas bercerita tentang apa saja yang ada dalam alam pikirannya. Baik tentang kisah horror.maupun tentang kisah kehidupan berumah tangga.
Tetapi bilamana kita menulis tentang kehidupan dan berada dalam kerangka humaniora,tentu saja diharapkan berdasarkan fakta .Baik berdasarkan pengalaman pribadi,maupun mengacu pada pengalaman orang lain. Untuk mendukung esensial dari tulisan kita,maka diperlukan foto pendukung.Â
Baik foto yang merupakan dokumentasi pribadi,maupun foto yang dikutip dari sumber berita. Kalau tidak ada foto pendukung yang sejati,maka dipinjam ilustrasi dari berbagai sumber,walaupun tidak persis sama dengan apa yang diceritakan dalam tulisan kita.
Tetapi bila bercerita tentang pengalaman pribadi yang berhubungan dengan interaksi dalam hubungan persahabatan ,maupun hubungan kekeluargaan,maka diperlukan foto pendukung yang berdasarkan fakta.Â
Karena itu,lahirlah quote :" No pics.? Hoaks" Semisalnya saya bercerita tentang makan bersama dengan anggota keluarga,sedangkan untuk foto pendukung,saya ambil dari sumber lainnya,maka akan terasa ada sesuatu yang janggal .
Salah seorang Kompasianer yang memang sangat piawai dalam hal potret memotret adalah pak Tonny Syiariel. Karya foto yang diunggah ,sungguh sangat mendukung esensial dari tulisan yang sebagian besar tentang wisata.  Sedangkan foto foto  yang saya tayangkan,sejujurnya asal main comot saja,karena memang tidak memahami tentang seni potret memotret.Â
Yang penting,foto nya jadi,begitulah yang ada pikiran saya,sehingga dapat disaksikan ,bahwa foto yang saya jadikan foto pendukung terkadang hanya foto itu ke itu juga.
Tapo setidaknya merupakan foto ,yang diambil berdasarkan fakta dan bukan hasil kreasi editing foto ,sehingga foto diri kita bisa berada di Washington  Post  ataupun masuk dalam majalah terkenal.
Kalau ada foto pendukung yang berasal dari fakta yang terjadi,maka sesungguhnya ,hanya dengan satu dua kalimat saja,para pembaca sudah dapat memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Karena itu ada peribahasa yang mengatakan :"Sebuah foto dapat bercerita  lebih banyak dari seribu kata"
Tulisan ini,hanya merupakan sudut pandang pribadi,yang boleh jadi ada yang memiliki sudut pandang yang berbeda,tentu saja tidak ada masalah sama sekali dan tidak perlu menjadi perdebatan.Â
Setidaknya,tulisan ini dapat menjadi masukan ,bahwa hanya dengan memandang sebuah foto,maka kita sudah mendapatkan gambaran,kira kira seperti apa hubungan antara orang orang yang berada dalam foto tersebut.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H