Record Harga BBM Tertinggi di Western Australia.
Seminggu ini heboh tentang aturan yang mewajibkan pengguaan Aplikasi Mypertamina, telah menciptakan pro dan kontra dalam masyarakat di Tanah air. Tapi belajar dari berbagai pengalaman masa lalu,mau heboh atau mau protes, aturan tetap diberlakukan. Meniru gaya dari zaman kekaisaran Romawi yang berbunyi: "Apa yang kutulis tetap tertulis."
Tetapi seperti ungkapan yang sudah kita hafal sejak masih duduk di SD: "Beda sungai, beda pula buayanya", maka heboh tentang aturan menggunakan Aplikasi Mypertamina gemanya tidak sampai di Australia.
Kemarin kami isi tangki BBM full tank, isteri saya bilang: "Koko, total 123 dollar" yang setara 1, 2 juta rupiah. Dan santai saya bilang: "Nggak ditawar" dan seperti biasa, saya dicubit: "Iih orang serius nih..."
Di Australia tidak ada transportasi yang bernama:
Angkot
Bajay /Bemo
bis kota
Tukang Ojek
Jadi percuma mau mengomel tentang harga BBM naik, dari biasanya hanya 1,4 dollar menjadi 2,4 dollar yang berarti kenaikan yang cukup mencolok. Karena kenaikan harga BBM tidak secara langsung mempengaruhi harga kebutuhan bahan pokok. Sehingga gaya menyikapi kenaikan harga BBM juga berbeda. Yakni: "Bisa beli kendaraan, masa iya tidak ada uang beli BBM?"
Sebagai catatan tambahan,di Australia seluruh transporasi umum,seperti bus,kereta api dan train ,serta tram adalah urusan pemeritah sepenuhnya dan sama sekali tidak ikut terpengaruh atas kenaikan harga BBM. Bagi warga senior ,ada harga khusus bahkan gratis,sehingga dapat dipahami ,tidak ada gejolak apapun tentang kenaikan harga BBM
Secara umum, orang di sini sibuk berkerja dan tidak punya waktu untuk mengritik Pemerintah. Selain itu prinsip hidup damai dan aman serta steril dari kerusuhan sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat. Beda negeri,beda budaya dan menghadirkan beda sikap dalam menghadapi masalah yang timbul.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI