Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mau Mengubah Nasib? Beranilah untuk Bermimpi Besar!

3 Juni 2022   09:22 Diperbarui: 3 Juni 2022   09:55 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Karena Impianlah Yang Membuat Manusia Mencapai Kesuksesan

Pernah menceritakan impian kepada sahabat atau sanak keluarga dan kemudian dijadikan olok olokan? Saya sudah sering mengalaminya. Bahkan dibilang :"Laki bini sudah gila,saking susah hidupnya" Sebagai manusia bebas,kita berhak menyikapi setiap olok olokan yang meremehkan diri kita,dengan:

marah dan putus hubungan

membalas dengan makian

menjadikan olok olokan sebagai cambuk diri

Saya memilih point ketiga, Yakni semakin banyak yang mengolok olokan,semakin memperkuat tekad saya untuk suatu hari membuktikan bahwa apa yang menjadi impian saya,akan menjadi kenyataan. 

Setiap kali ada yang melihat saya dengan pandangan sinis dan mengeluarkan kata kata sinis,saya jadikan cambuk diri.agar terus berusaha lebih keras lagi,agar impian demi impian menjadi kenyataan ." Ha haha  anak Kusir Bendi, bermimpi ingin menyekolahkan anak keluar negeri ? Hambuanglah ngarai!" Inilah salah satu kalimat "bijak" yang dihadiahkan untuk saya,oleh salah seorang kerabat saya.

Memang benar,ayah saya adalah Kusir Bendi.Semua orang di Padang tahu akan hal ini .Ayah saya terlahir di Labuah Silang di Payakumbuh dari keluarga miskin, Hanya sekolah di Madrasah dan kemudian menjadi sopir truk. 

Belakangan setelah pindah ke Padang,mengubah profesi jadi Kusir Bendi. Semuanya dilakukan oleh orang tua kami demi untuk membesarkan dan mendidik anak anaknya yang total berjumlah 11 orang .

Dididik Hidup Mandiri Sejak Kecil

Sejak kecil,kami semua dididik untuk mandiri  dan hidup dengan kejujuran. Pernah suatu waktu,semasa berusia 9 tahun,saya ingin membuat layangan,tetapi tidak ada bambu.

Maka saya mematahkan bambu pagar dari tetangga. Tapi telapak tangan saya sobek terkena sembilu bambu. Saya lari pulang,tapi tidak berani menangis, Ibu saya buru buru menumbuk bawang dicampur gula pasir dan membalut luka saya yang cukup dalam dengan kaus bekas. 

Tetiba ayah saya datang dan saat tahu bahwa tangan saya terluka akibat mencuri bambu,ayah sangat berang:" Kita memang miskin,tapi kita bukan keluarga maling,mengerti! Pulangkan kembali bambu ini dan minta maaf kepada tetangga" Itulah pertama kali dan terakhir saya mencuri.

Hidup dalam derita, tak mampu membuat saya terpuruk, karena sudah terbiasa hidup dalam penderitaan. Impian saya,kelak kalau berkeluarga,anak anak kami akan studi keluar negeri. Tetapi antara impian dan jadi kenyataan ,ada rentang waktu yang panjang. Puji Tuhan, diiusia ke 37 tahun ,dengan dukungan dari isteri tercinta,impian kami menyekolahkan anak anak ke Amerika jadi kenyataan. 

Kesimpulan:

  • Beranilah untuk bermimpi besar
  • Yakin dan percaya suatu waktu akan mampu menjadikannya kenyataan
  • Tekad dan kerja keras tak mengenal putus asa
  • Jangan lupa berdoa kepada Tuhan
  • Suatu waktu impian demi impian akan menjadi kenyataan

Hal ini agaknya sejalan dengan peribahasa yang keminggris minggrisan:"Dare to dream.believe it,do it and then you;ll get it"

Semoga cuplikan perjalanan hidup ini, ada manfaatnya bagi para pembaca

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun